Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara kini menggalakkan budidaya tanaman cabe. Hal ini bukan tanpa alasan, tanaman jenis holtikultura tersebut, pada akhir 2010 serta awal 2011, cabe yang oleh masyarakat setempat lebih akrab dengan nama rica ini menyumbang angka inflasi cukup besar. Karena harga rica menembus harga Rp 100 ribu per kilogram. Sampai saat ini harga rica di pasaran masih berkisar Rp 70 hingga Rp 80 ribu / kg. Sebagai langkah awal pemerintah kota Bitung menargetkan Kecamatan Lembeh Selatan sebagai salah satu produsen rica.Wakil Walikota Bitung, Max Lomban mencanangkan program “Kebangkitan Rica Lembeh” untuk memacu produksi rica di Pulau Lembeh. ” Para petani menyiapkan lahan 40 Ha, untuk ditanami cabe, ” kata Lomban.
“Pemerintah kota Bitung akan berusaha memberikan kemudahan berupa kredit lunak kepada petani cabe, melalui Dinas Pertanian dan Koperasi,” janjinya. (*) www.bitungnews.com
“Pemerintah kota Bitung akan berusaha memberikan kemudahan berupa kredit lunak kepada petani cabe, melalui Dinas Pertanian dan Koperasi,” janjinya. (*) www.bitungnews.com
Lembeh sebenarnya bukan mengincar jadi produsen cabe, melainkan mengulangi masa jayanya di tahun 1970-an sampai tahun 1980-an. Sebab, pada periode tersebut Lembeh adalah pemasok terbesar cabe di Sulawesi Utara. Sebagai putra asli pulau Lembeh, saya tahu persis sejarah cabe pulau Lembeh.
BalasHapusPada periode tersebut pula, sentra terbesar pemasok cabe adalah kelurahan Mawali, kampung kelahiranku. Di mana setiap hari mampu memasok 5 hingga 10 ton cabe. Namun kemudian kejayaan ini lenyap lantaran serangan hama cabe tidak mampu diatasi oleh semua instansi terkait. Akibatnya petani berhenti bertani cabe.(Sebenarnya ada kesalahan perkiraan atas hama tersebut. Fakta sebenarnya bukanlah hama melainkan fungus/fungi atau jamur yang menyerang buah cabe sehingga mengering ketika musim penghujan)