Resiko bertempat tinggal di pesisir pantai ada banyak rintangan. Satu di antaranya kena terjangan banjir air pasang pantai. Hal inilah yang dirasakan warga Wangurer Timur Lingkungan I Kecamatan Madidir Kota Bitung, Minggu (10/7/2011).
Anto Bahi (38), warga yang merasakan pengalaman pahit itu menuturkan, setiap musim badai dan hujan air pantai mengalami pasang. "Air naik ke darat masuk ke selokan air. Tidak mengalir menguap ke daratan kampung kami," ujarnya kepada Tribun Manado dengan nada kelu kesah.
Kejadian itu tentunya bagi Anto dan warga setempat lainnya merasa susah, direpotkan harus waspada untuk mengamankan jiwa dan harta masing-masing. "Setiap air pantai meninggi perasaan selalu gak tenang," ungkap Yusri.
Perempuan yang masih mengenyam di bangku kuliah ini menjelaskan, saat hujan deras dengan intesitas tinggi air di daratan mengalir ke selokan yang ada di kampungnya. Namun bila air pasang, air tidak dapat mengalir langsung kepantai tetapi luber ke pinggiran Keluarahan Wangurer Lingkungan Satu.
"Tapi kalau musim panas kemarau tidak ada masalah. Saluran gotnya sedikit air tidak luber banjir," tutur Yusri yang juga aktif di organisasi Muhammadiyah Bitung ini.
Senada, Deiby Mumu (37), merasakan harap-harap cemas saat air pasang. Tidak ada cara lain selain memantau dan waspada, bila dinyatakan genting maka solusi mengungsi ke tempat yang aman. "Dulu waktu belum ada selokan got tidak pernah ada luapan banjir air daratan dan pantai," ungkapnya.
Pantauan Tribun Manado, keberadaan saluran air atau got tersebut memiliki lebar satu meter. Model got menyerupai tanggul, berkonsep ke arah ke atas. Bentuknya tidak seperti got biasanya yang dibangun dengan model kerukan tanah bawah.
Anto Bahi (38), warga yang merasakan pengalaman pahit itu menuturkan, setiap musim badai dan hujan air pantai mengalami pasang. "Air naik ke darat masuk ke selokan air. Tidak mengalir menguap ke daratan kampung kami," ujarnya kepada Tribun Manado dengan nada kelu kesah.
Kejadian itu tentunya bagi Anto dan warga setempat lainnya merasa susah, direpotkan harus waspada untuk mengamankan jiwa dan harta masing-masing. "Setiap air pantai meninggi perasaan selalu gak tenang," ungkap Yusri.
Perempuan yang masih mengenyam di bangku kuliah ini menjelaskan, saat hujan deras dengan intesitas tinggi air di daratan mengalir ke selokan yang ada di kampungnya. Namun bila air pasang, air tidak dapat mengalir langsung kepantai tetapi luber ke pinggiran Keluarahan Wangurer Lingkungan Satu.
"Tapi kalau musim panas kemarau tidak ada masalah. Saluran gotnya sedikit air tidak luber banjir," tutur Yusri yang juga aktif di organisasi Muhammadiyah Bitung ini.
Senada, Deiby Mumu (37), merasakan harap-harap cemas saat air pasang. Tidak ada cara lain selain memantau dan waspada, bila dinyatakan genting maka solusi mengungsi ke tempat yang aman. "Dulu waktu belum ada selokan got tidak pernah ada luapan banjir air daratan dan pantai," ungkapnya.
Pantauan Tribun Manado, keberadaan saluran air atau got tersebut memiliki lebar satu meter. Model got menyerupai tanggul, berkonsep ke arah ke atas. Bentuknya tidak seperti got biasanya yang dibangun dengan model kerukan tanah bawah.
Menanggapi hal itu, sebelumnya, Sekertaris Dinas Tata Ruang Bitung, Stevenson Koloan, menjelaskan, dalam Rancangan Tata Ruang Wilayah Kota Bitung, Wangurer Timur ditargetkan menjadi lokasi industri bukan sebagai daerah pemukiman warga, karena itu sebagai jalan keluar pihak pemko Bitung sedang menunggu investor swasta yang ingin merelokasi warga setempat.
"Mungkin ada investor yang lirik lahan itu jadi nanti warga bisa direlokasi dengan ganti rugi yang sesuai," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar