Senin, 05 Oktober 2015

1.523 Hektar Hutan Tangkoko Terbakar



BITUNG -   Upaya pemadaman yang dilakukan oleh para relawan yang terdiri dari forum komunikasi pencinta alam (FKPA) Sulut, manggala agni BKSD, warga, awak media dan Palang Merah Indonesia (PMI) cabang Bitung resmi dihentikan pada Sabtu (3/10) pekan lalu.


"Sistem operasi yang untuk pemadaman hutan Tangkoko yang terbakar menggunakan sistem mingguan jadi untuk Minggu pekan lalu tahap operasi keempat 26 September s/d 3 Oktober 2015 sudah di tutup pada tanggal (3/10) dan akan dibuka kembali operasi pemadaman pada Senin besok (hari ini)," tutur Komandan Operasi BKSD Hambali Mokoagow SH, Minggu (4/10) kemarin.

Selang sehari pasca operasi keempat Minggu berjalan pekan lalu pihak bersama relawan melakukan evaluasi didalamnya pengecekan anggota dan peralatan serta perlengkapan yang nantinya akan digunakan untuk menembus hutan belantara serta berjibaku memadamkan api. Adapun lokasi kebakaran yang terisolasi meliputi beringin lobang, blok 9, blok x (serawet-patar) dengan titik api dekat air Kumersot sudah terisolir.

"Titik api Pasung Sarawet masih aktif jangkauan kurang lebih 3 Km," tambahnya.

Dari pemetaan lahan tercatata sudah 1.523 lahan konservasi yang terbakar itu belum termasuk arela lainnya tidak termasuk lahan konservasi, untuk itulah pihaknya membutuhkan dari semua pihak agar tanggap darurat atas kebakaran hutan Tangkoko.

"Peralatan yang dapat menjangkau titip api adalah jet shoter atau pompa punggung ada 40 unit yang dimiliki BKSD Sulut dan tersebar di semua wilayah di Sulut untuk operasional. Nah, di posko Induk hutan Tangkoko ada 20 unit 10 diantaranya sudah afker atau rusak sehingga yang masih bisa dipakai 10 unit saja dan itu sangat kurang untuk upaya pemadaman ribuah hektar lahan yang terbakar," kata dia.

Hingga saat ini status kebakaran Hutan Tangkoko berada dilevel siaga I, dibuktikan dengan kibaran bendera merah selang sebulan ini di halaman Posko Induk Manggala Agni Batu Putih. Terpisah pemerintah provinsi lewat Penjabat gubernur Sulut Soni Sumarsono menilai status bencala tak hanya di Bitung hampir seluruh daerah di Sulut dan Indonesia pada umumnya terjadi karena kekeringan. "Kami himbau lakukan langkah yang paling realisatis, kalau sudah kebakaran kepala daerah segara tetapkan status tanggap darutat untuk administratif bantuan bisa turun atau dicairankan," tutur Sumarsono.

Pengganti mantan gubernur Sulut ini menegaskan untuk dana tanggap darurat bencana bukan dilihat dari jumlahnya melainkan aloikasi yang turun sesuai kebutuhan. "Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) koordinasi langsung ke provinsi realnya apa yang berkaitan dengan dana kemudian akan di suport oleh pemerintah provinsi, makin besar bencana besar bantuannya," tukasnya. manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar