Sekitar pukul 10.00 Wita Kantor Badan Pusat Statistik dan
sebuah bank di kompleks Ruko Girian dikerumini ratusan orang. Mereka adalah
Mitra kerja kerja (BPS) yang bertugas melakukan program Sensus Ekonomi tahun
2016 di Kota Bitung.
Mereka mendtangai kantor tersebut lantaran tak terima
dengan kebijakan pihak BPS, Rabu (11/5).
"Kami mempertanyakan proses pembayaran biaya
operasional atau honor kami kenapa melalui Bank padahal dalam surat kontrak
dibayarkan langsung pada kami," keluh pria berinisial MM, Rabu kemarin.
Menurutnya, mengapa tidak mau menerima biaya operasional
melalui Bank karena mereka harus membuka buku rekening tabungan dan ribut
pengurusannya.
"Namanya biaya operasional, sudah harus dibutuhkan
secepatnya sehingga kalau melalui bank akan terjadi keterlambatan ada potongan
bank dan harus ada sisa saldo didalam rekening. Kami paling kami tak mau
antreannya panjang dan lama sementara biaya itu saya sudah sangat kami
perlukan," jelasnya.
Kata sumber jumlah biaya operasional yang akan diterima
sebesar rp 400 ribu selama beberapa kali. "Total biaya operasional kami Rp
3 juta," tambahnya.
Keberatan lainnya kenapa hanya di satu bank saja para
mitra harus menerima biaya operasionalnya padahal di Bitung ada banyak bank.
"Kami curiga dong pasti ada apa-apanya kalau seperti ini," tukasnya.
BK, mitra lainnya mengaku ini untuk kali pertamanya akan
menerima biaya operasional atas kerja mereka selama 11 hari bertugas melakukan
sensus sehingga harus benar-benar disalurkan dengan baik.
"Jangan sampai tidak tepat sasaran dengan adanya
keluhan dan protes pembayarannya melalui bank," keluh BK.
Ditempat terpisah Albert Nicolaas Kepala Badan pusat
statistik (BPS) Kota Bitung menampik apa yang dikeluhkan para mitra adalah satu
kekeliruan. "Tidak seperti itu, didalam bukti teknis keuangan biaya honor
kepada mitra harus melalui bank," ujar Albert singkat. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar