Kota
Bitung merupakan daerah industri yang terbilang besar di wilayah Indonesia
Timur. Sehingga masuk keluarnya barang melalui pelabuhan yang berskala
internasional ini, begitu padat. Seperti contoh, dalam sehari Pelabuhan Peti
Kemas (Pelindo) menampung hingga ratusan Container yang di dalamnya barang
import mau pun eksport. “Benar, setiap hari kami mengantogi ratusan Container.
Dan pengiriman pun nyaris sama jumlahnya yang masuk,” kata General Manager Peti
kemas Bitung, Edy Nursewan.
Untuk
Perkembangan Terminal petikemas Bitung juga didukung dengan ketersediaan
fasilitas dan peralatan yang modern, serta dukungan sumber daya manusia dengan
kualitas tinggi yang mampu memberikan pelayanan yang cepat,tepat dan aman.
Selain itu penerapan layanan dengan sistem teknologi komputerisasi dan
berstandard Internasional juga menjadi kunci dalam peningkatan kualitas
pelayanan Terminal Petikemas Bitung. “Untuk peralatan bongkar muat peti kemas
terdiri dari Container Crane, Rubber Tyred Gantries, Reach Staker, Chassis
ukuran 20 dan ukuran 40, Head Truck, Forklift lima ton dan Forklift Battrey dua
ton,” terang Nursewan
Dikatakannya
juga, kedepan pelabuhan ini akan diperluas lagi, demi mendukungnya kelancaran
masuk keluarnya kapal. Disamping itu, pengembangan pelabuhan pun bermaksud
untuk mendukung Iternasional Airport dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). “Jika
pelabuhan lebih presentative pasti pelayanan lebih optimal. Apa lagi menghadapi
KEK, masuk keluarnya barang semakin meningkat,untuk ke depan nantinya kota
bitung akan menjadi yang terdepan,” katanya.
DITETAPKAN
PEMERINTAH TUNJANG EKONOMI INDONESIA TIMUR
Bitung,
yang ditetapkan sebagai KEK pada Mei 2015 silam, akan menjadi titik pusat
pertumbuhan kawasan Indonesia timur. Namun masih ada tiga hal yang harus
dilakukan Bitung, yakni membuat desain fasilitas yang akan diberikan kepada
investor, promosi investasi secara terus-menerus, dan pembangunan infrastruktur
yang dapat dilakukan melalui skema Public Private Partnership.
Lokasi Pelabuhan Bitung yang strategis harus dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas logistik dan rantai distribusi kawasan Indonesia timur. Selain itu, ada kawasan industri Tanjung Merah seluas 512 hektare sebagai daya tarik investasi.
Kawasan Tanjung Merah, nantinya akan menjadi basis tiga kelompok industri, yakni industri berbasis sumber-sumber daya alam (20-25 persen), industri pendukung untuk pengolahan ikan (40 persen), dan industri kemasan (40 persen).
Sebelum Bitung, baru ada dua kawasan yang ditetapkan sebagai KEK, yaitu Sei Mangke di Sumatera Utara dan Tanjung Lesung di Banten, Jawa Barat. KEK dibentuk dengan tujuan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. mediasulut.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar