BITUNG - Daging
tikus rumah dari Kota Bitung diduga dipasokan untuk memenuhi kebutuhan kuliner
ekstrem saat pengucapan syukur Minahasa Selatan, pekan lalu.
Dugaan ini
mencuat setelah Tim Khusus (Timsus) Tarsius Polres Bitung membongkar komplotan
pemburu tikus rumah dan got, Kamis (14/7). Dari pengakuan para pelaku, hasil
buruan dijual ke sejumlah pasar di Minsel dan Kota Tomohon.
Kepala Satuan
Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Bitung, AKP C Samuri, menjelaskan para pelaku
merupakan warga asal Tompaso Baru Minsel. Dia memburu tikus di sejumlah titik
di Kota Bitung lalu dijual ke penadah kemudian dipasarkan kesejumlah pasar
dengan harga bervariasi ukuran seekor tikus.
"Aksi ini
berawal dari operasi rutin Tim Tarsius, mencurigai beberapa orang yang sedang
membawa jubi atau alat untuk menembak tikus pada haru Rabu (14/7) dini
hari," kata Samuri melalui Bripka Arnold Moningka selaku Komandan Tim Tarsius
Polres Bitung, kemarin.
Setelah
ditelusuri, didapati satu unit mobil pick up yang didalamnya ditemukan ratusan
hingga ribuan ekor tikus rumah dan got hasil buruan. Tim Tarsius terus
mengembangkan temuan aksi perburuan tikus oleh lima orang pelaku.
"Didapati
bahwa tikus yang diburu di Kota Bitung saat dijual seakan merupakan tikus dari
hutan yang ditangkap di daerah Kelurahan Danowudu, Pinangunian, Desa Klabat
serta sejumlah wilayah di Kota Bitung dan Minut yang dekat dengan hutan,"
jelasnya.
Lanjutnya, dari
hasil pengakuan kelima orang pelaku masing-masing JM alias Jan (28), BL alias
Bil (24), WL alias Win (18), RM alias Eki (28) dan AP alaias Ar (34) warga
Tomposo, mereka sudah dilakukan hampir dua tahun belakangan.
Usai ditangkap
tikus itu dijual kepada dua orang penadah yaitu Ibu TB alias Titi dan MM alias
Ye warga Tompaso kemudian disalurkan ke pasar-pasar. "Tikus got dan rumah
dibuat seakan tikus dari hutan diletakan di atas dedauanan.
Tikus rumah hasil
tangkapan dibakar seakan menjadi seperti tikus hutan. "Ekornya dibuat
berwarna putih dengan cara setelah dibakar dikuliti bagian terluar ekor
sehingga warna putih pucat pasih menyerupai ekor tikus hutan yang
sebenarnya," urai Moningka.
Saat para pelaku
telah diambil keterangannya oleh pihak kepolisian dan wajib lapor seminggu dua
kali untuk memberikan keterangan terkait aksinya. "Untuk barang bukti
ribuan ekor tikus sudah dikubur di daerah Matuari yang jauh dari permukiman
warga," tukasnya.
Dari pengakuan
para pelaku, tikus yang diburu di sejumlah titik di Bitung seperti di depan
pelabuhan, samping toko Samudera MM, Pasar Cita dan lainnya dijual keluar
Bitung. "Dijual di pasar Tompaso Baru kemudian dijual di Pasar Tomohon,
Pasar Motoling, Pasar Tompaso dan Pasar Amurang dengan harga Rp 5 ribu sampai
Rp 7 ribu bervariasi tergantung ukuran seokor tikus," kata JM alias Jan
satu diantara pelaku.
Diakuinya aksi
mereka memberi keuntungan yang cukup besar. Contohnya untuk tangkapan dengan
jumlah 500 ekor, uang hasil penjualan bisa mencapai Rp 10 juta.
"Dan bukan
cuma di Bitung tempat kami mencari tikus. Ada juga di daerah-daerah lain.
Biasanya kita beraksi satu minggu satu kali," katanya seraya menyebut
wilayah favorit berburu di Bitung, yakni Pasar Cita dan Kompleks Kanopi.
Dari keterangan
Jan, untuk pengucapan Minsel kemarin, pihaknya memasok ratusan tikus rumah.
"Waktu itu tangkapan kita memang banyak," katanya. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar