Yayasan
Save Yaki (Selamatkan Yaki) menggelar road show sosialisasi "Selamatkan
Yaki" sepanjang Bulan Mei di puluhan SMA dan SMK di Bitung dan Airmadidi.
Harry Hilser, Manajer Program Selamatkan Yaki mengatakan, sosialisasi berhasil
menjangkau 35 dari 36 SMA/SMK di Bitung-Minut.
Hilser
mengatakan, sosialisasi bertujuan memberi
pengetahuan sekaligus pendidikan
lingkungan dan meningkatkan kesadaran kepada pelajar tentang pentingnya
konservasi penyelamatan monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) alias Yaki (nama
lokal) yang berstatus terancam punah. "Sosialisasi ini disertai pemilihan
Duta Yaki," tukas Hilser dalam rilis ke Tribun, Senin (18/5/2015).
Sosialisasi
difokuskan ke siswa kelas XI dengan target total murid yang berpartisipasi
2.530 pelajar. Siswa diberi pengetahuan tentang peran penting Yaki terhadap
lingkungan serta keistimewaan, manfaat Yaki sebagai satwa endemik Sulawesi
Utara alias tak ditemukan secara liar di tempat lain di dunia.
Junita
Siwi, Education Officer Selamatkan Yaki menambahkan, kegiatan ini didukung para
pimpinan sekolah. Apalagi perhatian pelajar yang begitu antusias mengikuti
presentasi dan berpartisipasi dalam diskusi. "Ini pertanda positif. Ada
gerakan kesadaran di tengah komunitas pelajar," jelas Siwi.
Indah
Purwoto, salah satu peserta dari SMA N 2 Bitung bangga bisa terlibat dalam
kampanye selamatkan Yaki. "Pengetahuan tentang Yaki, keistimewaannya dan
statusnya yang terancam punah sangat berguna. Banyak anak-anak, pelajar yang
belum tahu tentang status Yaki," ujar Indah.
Rangkaian
sosialisasi berakhir di Pulau Lembeh. Tiga sekolah terakhir yang dikunjungi
ialah SMA LPM Motto, SMA N 3 Bitung dan SMK N 3 Bitung. Sosialisasi Selamatkan
Yaki dan Pemilihan Duta Yaki akan dilanjutkan Perkemahan Konservasi Yaki.
Rencananya, kegiatan ini akan digelar 22-24 Mei nanti di Museum Minahasa Pa'
Dior di Yayasan Institut Seni Budaya Minahasa di Tompaso, Minahasa.
Turun
Drastis
Populasi-tingkat
persebaran Yaki turun drastis akibat perburuan liar dan berkurangnya hutan
sebagai habitat asli. Apalagi hewan ini tingkat reproduksi nya lambat. Seekor
Macaca betina, paling cepat melahirkan satu bayi dalam 18 bulan. "Ancaman
terbesar Yaki ialah perburuan liar untuk dikonsumsi dagingnya atau dijadikan
peliharaan," katanya.
Populasi
Yaki berkurang 80 persen dalam 40 tahun terakhir. Primata yang aktiv di siang
hari ini kini berstatus "Sangat terancam punah", masuk daftar merah
spesies terancam sebagaimana dirilis International Union for Conservation of
Natural Resources (IUCN).
Saat
ini diperkirakan, hanya ada 4.000-5.000 Yaki di daerah ini, dimana, 2.000-an
ekor berada di Cagar Alam Tangkoko, Bitung. Perburuan Yaki menjadi-jadi tak
lepas dari kebiasaan orang Minahasa mengkonsumsi daging satwa liar. Apalagi
pada momen hari raya seperti Natal-Tahun Baru, Paskah dan pengucapan syukur. sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar