Ironis. Kata ini pantas
disebut mengacu kondisi industri perikanan di Bitung. Sejatinya sebagai daerah
penghasil ikan di bibir Pasifik, nyatanya industri perikanan Bitung justru
mengimpor ikan.
Untuk kedua kalinya,
industri perikanan Bitung mengimpor ikan.Wakil General Manager (GM) PT Delta
Pasific Indotuna Cholid Alkatiri mengungkap, satu diantara tujuh perusahan
Usaha Pengolahan Ikan (UPI) di Kota Bitung melakukan impor cakalang dari
Korsel.
Ini sudah yang kedua kali
dilakukan PT Delta mengimport bahan baku ikan dari luar setelah sebelumnya pada
Jumat (22/1) mendatangkan dari India.
Dia berharap kebijakan
transhipment dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa dihapuskan agar
pihaknya bersama perusahan UPI lainnya di Bitung bisa melakukan penangkapan
ikan dengan baik.
"Untuk izin impor bahan
baku ikan kami lakukan dalam jangka waktu enam bulan kedepan sejak Januari 2016,
dengan izin di dua negara saja yaitu India dan Korsel," tambahnya.
Lanjutnya dalam proses
pengurusan izin impor bahan baku dari luar negeri tidak mudah, biaya tinggi dan
memakan waktu cukup lama.
"Izinya harus
diperpanjang kalau waktunya habis, melakukan pengurusan memerlukan waktu
seminggu. Ikan melalui Pelabuhan Surabaya karena harus melakukan pengurusan di
karantina. Ongkosnya ke Bitung meski mahal mau tidak mau tetap dilakukan untuk
jaga aset, pembeli dan karyawan kami," terangnya.
Impor yang dilakukan
terbatas hanya di Negera India, Taiwan dan Korea Selatan. Sementara
negara-negara di kawasan Asia tidak diizinkan, karena kemungkinan masih dalam
satu kawasan. Saat ini order untuk ekspor ikan kemasan atau kaleng dari PT
Delta Pasific Indotuna sangat dari Papua Nugini dan Tiongkok.
"Banyak order tapi
belum penuhi secara maksimal seperti untuk Saudi Arabia kami pending karena
order mereka sampai 40 konteiner mungkin tiga bulan kedepan baru bisa
terpenuhi," tukasnya.
Terpisah Plant Manager PT
Delta Pasific Indotuna Basmi Said, mengatakan sebagai pengekspor ikan kaleng
dengan langkah impor jangan dilihat dari sisi ekspornya saja melainkan lebih
dikarenakan suplai ikan saat ini didominasi dari Muara Baru dan Surabaya.
"Selain dalam keadaan
utuh, kami membeli dalam bentuk loin tinggal dikalengkan termasuk dari
Kalimantan dan Sumatera serta di Indonesia termasuk PT Samudera Mandiri Sentosa
(SMS). Ini strategi untuk hidupkan karyawan 1.300 yang sisa, 500an diatur
bergantian atau shift kerja," jelas Basmi.
Permintaan ikan olahan dari
PT Delta mencapai 50-60 ton per bulan sewaktu belum ada larangan transhipment
oleh Menteri KKP. "Untuk impor yang masuk Jumat pekan lalu diperkirakan
bisa memenuhi bahan baku selama empat hari kedepan," tukasnya.
sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar