Kamis, 05 Februari 2015

Korban Banjir Bitung, Ani Ingin Tetap Tinggal di Bantaran DAS

Warga korban banjir yang disebabkan karena meluapnya daerah aliran sungai (DAS) Girian atau Kuala Bir, Rabu (4/2/2015) kemarin kini diperhadapkan dengan permasalahan lain yaitu membersihkan tumpukan lumpur yang menutupi rumah mereka. Beberapa korban banjir yang disambangi Tribun Manado nampak pasrah dengan musibah yang menimpa mereka, nampak raut para korban seperti meratap kosong ke arah lumpur yang menutupi seanteroh rumah mereka.

"Hanya sekejat tidak sampai satu jam air langsung naik tinggi menutupi seanteroh rumah," kata Betsi Ticoalu (46) mengenang peristiwa banjir 4 Februari 2015. Diceritakannya saat awal-awal air dari DAS Girian atau kuala bir mulai meluap dirinya bersama dengan keluarga lain didalam rumah mulai mengeluarkan barang seperti alat-alat masak dan perlatan di dapur, sekembalinya di rumah air sudah tinggi sehingga barang lainnya seperti TV dan Kulkas tak terselamatkan.

"Kami terpaksa melewati malam tidur di rumah saudara dan sejak pagi hari harus membersihkan genangan lumpur yang menutupi rumah yang kami tumpangi," tutur penghuni yang datang bersama suami untuk mengerjakan proyek di lokasi yang terletak di Eks Cafe Kangkong-Kankong Kelurahan Girian Atas lingkugan I.

Ferry Muaya (48) suami dari Betsi menjelaskan menempati rumah tersebut karena sedang mengerjakan proyek pembuatan kolom berenang milik Kepala Dinas Perhubungan Bitung Oktav Kandoli, namun proses pengerjaan yang sudah sampai di tahap pengecoran dan pemasangan tehal buyar. "Semua tergenang air dan lumpur di dalam lokasi yang akan dibuat kolam, peralatan dan perlengkapan yang hendak digunakan untuk membuat kolam renang hanyut terbawa air tersisa martelu (palu), trofol dan skop tinggal satu unit dari delapan unti sehingga pengerjaan harus kembali dari nol," keluh Ferry.

Nasib yang sama dialami pasangan Sarim Ibrahin (52) dan Ani Noho (49) warga lingkungan I Kelurahan Girian Weru I Kecamatan Girian setelah berjibaku dengan air kini keduanya sibuk mengeluarkan lumpur yang berdiam di rumah mereka.

"Semua bagian rumah kami dari depan tengah hingga belakang penuh lumpur, sehinnga sejak pagi harus membersihkan rumah sambil mengeluarkan lumpur," ujar Ani. Lewat kerja sama yang apik, kedua suami istri ini bahu membahu membersihkan lumpur nampak sang suami menyirim dengan hasil yang diambil dari Alkon untuk menghisap air dari dalam sumur dan sang istri menyapu. "Pasca kejadian kami harus mengungsi tidur di rumah tetangga kemudian keesokan harinya kembali ke rumah untuk mengeluarkan lumpur," tambahnya. Pasangan suami istri yang keseharian berjualan kaleng bekas di pasar Girian mengaku tinggal dibantaran DAS Girian sudah 12 tahun, dan baru Rabu kemarin mengalami musibah bencana banjir. "Biasanya kalau air naik tidak melewati talud namun kemarin sudah jauh melewati talud," kata dia seraya mengaku ingin tetap tinggal lokasi itu karena sudah tidak tau mau kemana lagi. "Ya, sambil berharap peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi, sudah tidak ada tempat lagi untuk ditinggali," tukasnya.

Sulastri Marterejo (37) korban banjir lainnya nampak pasrah dengan musibah yang dialaminya, sambil memegang nasi bungkus hasil pembagian untuk korban banjir Sulastri sedikit menyesalkan akibat dari peristiwa itu berdampak pada keempat anaknya yang sekolah. "Sangat disayangkan pakaian sekolah sepatu dan perlengkapan sekolah sudah tidak ada, buku-buku tulis dan bukan pelajaran semua tertutup pece (becek)," keluh Sulastri.tribunmanado.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar