Jumat, 06 Februari 2015

Rumah Kapten Martina Terendam Pasir

Peristiwa banjir dan lonsor di Bitung masih menyisahkan tanda-tanda kerusakan, seperti yang terpantau di ruas jalan SH Sarundajang atau jalan 46 aliran air dari Kaki Gunung Dua Sudara tak henti-hentinya mengalir menyeberang jalan. Lokasi ini berada di depan sekolah MTS Kelurahan Wangurer Barat, membuat pemerintah mengerahkan alat berat jenis loder untuk mengangkut pasir yang terbawa dengan air ditengah-tengah badan jalan.

Sementara satu rumah milik mantan Kepala Bappeda Bitung Audi Pangemanan yang di kontrak distributor merek rokok terkenal terletak di Perumahan Graha Kelurahan Pinokalan lingkungan VI bagian pagar beton dan gerbangnya terkena longsor, hingga kini masih tak berubah kondisinya. Beruntung saat kejadian tidak ada penghuni didalam rumah karena menurut warga jarang distributor mereka rokok terkenal berada di rumah setiap hari. "Pagi-pagi mereka sudah keluar, jarang dirumah jadi tidak terlalu berdampak pada mereka," tutur Sanca Kandijoh warga sekitar.

Longsor dan ambruknya pagar rumah itu terjadi pada Rabu (4/2) saat hujan deras mengguyur, dirinya yang saat itu berada di rumah tak jauh dari lokasi kejadian awalnya melihat pagar beton serta pintu gerbangnya roboh perlahan-lahan kemudian keseluruhannya langsung roboh. Pada hari pertama kejadian sempat melumpuhkan akses jalan Kobis Kaunang yang terletak didepan tanjakan Mapolsek Ranowulu, sehingga kendaraan tidak bisa melintas. Bagian tepi jalan sudah kosong menyisahkan aspal diatas sehingga kalau ada tekanan berat dari kendaraan melintas bisa ambruk.

"Hingga kini kendaraan truk tidak bisa lewat hanya kendaraan bervolume kecil yang bisa lewat dan kami masyarakat se Kecamatan Ranowulu melakukan pembersihan dengan hanya swadaya dari masyarakat membuat karung berisi pasir dan menutup longsong ditepi jalan," tungkasnya.

Ditempat terpisah di Kelurahan Girian Indah lingkungan IV Kecamatan Girian sejak pukul 12.00 tengah Kamis tengah malam dibuat tak tidur karena aliran air yang mengalir dari kaki gunung Dua Sudara membawa pasir menutupi rumah warga. Adalah rumah keluarga Sadia Pontoh satu diantara enam rumah yang banjir pasir, terjadi saat tiga anggota keluarga didalam rumah sedang tidur pulas.

"Sekitar pukul 12 malam hujan sudah redah, tiba-tiba tetangga sekitar mengetuk pintu membangunkan kami yang sedang tidur untuk mengatakan liat air yang mengalir di jangan sampai akan menghanyutkan rumah," tutur Agnes Pontoh (36). Sejak pukul 12 tengah malam hingga pagi harinya bersama dengan warga sekitar tidak karena berjaga-jaga agar jangan sampai air beserta pasir masuk kedalam rumah. "Nanti pagi-pagi warga buat tumpukan karung berisi pasir untuk diletakan dialiran air sehingga air beserta pasir tidak lagi mengarah ke rumah warga," tuturnya.

Demitrius Yus Langori kepala Lurah Girian Indah, mengatakan air berserta pasir yang mengalir terus menerus tanpa henti berasal dari mata air yang berada dibawah kaki gunung Dua sudara. "Sudah antisipasi awal masyarakat bersama tni polri membuat talud darurat agar aliran air tidak mengairi rumah warga dan Poskesdes yang ada dilokasi kejadian," tutur Yus. Dikatakannya peristiwa seperti ini sebelumnya sempat terjadi pada tahun 2005 namun tidak separah ini karena belum ada pemukiman sehingga saat menggenangi air langsung meresap. "Pemerintah dibawah koordinir pak Max Lomban wakil walikota Bitung sudah meninjau lokasi itu dan mengecek sumber airnya," tukasnya.

Parahnya, dua unit rumah perwita Kodim 1310 Bitung di Kelurahan Paceda banjir pasir setinggi hampir 3 meter, masing-masing rumah yang ditempati oleh Keluarga Kapten CAJ (K) Martina Loe dan Lettu Inf Jembar Mujiarto.

"Ini sudah yang keempat kali terjadi banjir pasir, tiga yang awal masih bisa dihadang pasirnya dibelakang rumah namun untuk yang ini paling parah," ujar Kapten CAJ (K) Martina Loe (52). Akibat peristiwa itu dirinya harus mengungsi ke perumahan kodim lainnya untuk tinggal karena kondisi rumah sudah penuh dengan pasir. "Memang luar biasa peristiwa bencana ini," tukasnya. tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar