BITUNG - Daun
tergulung dan buah mengecil, inilah gambaran tanaman pala dan cengkih milik
warga dampak dari musim kemarau berkepanjangan di Kota Bitung.
Menurut
Albert Salipada (55) petani pala dan
cengkih di Kelurahan Kareko lingkungan I Kecamatan Lembeh Utara, dengan kondisi
itu jelas mempengaruhi tanaman harusnya bulan ini sudah panen pala karena
kemarau menjadi tertunda.
"Nilai
buah yang nantinya akan jadi panen kondisi dan kualitas buah seperti itu karena
musim panas harganya susut sehingga jual murah buah pala dan cengkih, masih
muda sudah terbelah belum saat terbelah dia sudah terbelah," keluh Albert,
Kamis (27/8/2015).
Di
atas lahan miliknya tumbuh 100 lebih pala dan cengkih ada beberapa pohon sudah
berbuah dan lainnya tengah dalam penangan karena cuaca tidak mendukung, selain
itu faktor rentan terhadap serangan hama terhadap pala terjadi di saat musim
kemarau.
"Daunnya
memutih membuat pala tidak subur, daun tergulung pucuk mulai kering. Kami hanya
mencari solusi seperti apa, karena masyarakat masih awam dalam mencegah,"
urainya.
Untuk
tanaman jenis pala masa panennya secara berkesinambungan alias tidak putus
sementara cengkih panennya bisa tahunan.
Dengan
musim kemarau seperti itu semakin rentang waktu panennya menjadi jauh, biasanya
setelah panen pala langsung diikuti dengan proses berbuah lagi kali ini tidak
lagi karena pasokan air terhadap tanaman tidak ada.
"Posisi
tanaman yang berada di lereng gunung membuat kami sulit memasok air, kami tetap
berjuang keras mengatasi masalah yang menimpah tanaman," tukasnya.
Terpisah
pemerintah Kota Bitung melalui
Fitman Takasihaeng Kepala Kelurahan Kareko Kecamatan Lembeh Utara membenarkan
dampak kemarau yang dirasakan warganya, sehingga kondisi ini telah dibicarakan
dengan warga untuk dicarikan solusi atau jalan keluar.
"Solusinya
adalah pengairan mata air lewat saluran yang telah kami sampaikan ke instansi
terkait Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bitung," ujar
Takasihaeng.
Melalui
penyampaian langsung dari Rudy Teno Kadis PU sudah dikoordinasikan pemerintah
akan membuat saluran aliran air, namun hal itu tak semudah membalikkan telapak
tangan karena harus menunggu hibah lahan atau tanah yang akan dilalui aliran
air milik warga.
"Kalau
sudah dibebaskan, kemudian pihak PU akan melakukan survei lapangan," ujar
Takasihaeng meneruskan janji Kadis PU. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar