Jumat, 06 Maret 2015

Tusuk Mulut Lidah dengan Besi, Aksi Tang Sin Bitung Mendebarkan


Ribuan warga Kota Bitung dan sekitarnya menyemut di jalur yang dilalui proses Goan Siau atau Cap Go Meh, mulai dari depan Klenteng, depan SMKN 1 dan 2 Bitung, seputaran depan kantor DPRD, samping dan depan kantor walikota, Kamis (5/3/2015). Warga berbondong-bondong ingin melihat para Tang Sin yang memperagakan aksi ekstrem menusuk mulut dan lidah dengan kawat dan memotong-motong badan mereka dengan parang. Adalah Lily Ezra (24) warga Kelurahan Ranomuut Kecamatan Perkamil satu diantara pengunjung, mengaku rela memilih Bitung untuk menyaksikan Cap Go Meh karena disaat yang bersamaan dia juga menyaksikan kedatangan kapal pesiar MS Arcadia.

"Ya, seperti pepatah sekali mendayung dua tiga pulau. Pagi harinya menyaksikan kedatangan kapal pesiar kemudian setelah itu baru menonton Cap Go Meh," tutur Ezra. Menurutnya, baru kali ini dirinya menyaksikan dari jarak dekat atraksi empat orang Tan Sin yang memeragakan aksi ekstrem diatas Kio dan berjalan-jalan ditengah kerumunan penonton. "iiiiih, geli melihat mereka menusuk mulut dan lidah dengan kawat besih," ukunya.

Sam penonton lainnya mengaku sudah puluhan tahun menyaksikan atraksi Tang Sin di moment Tahun Baru Imlek, bersama dengan keluarganya lebih menyukai atraksi dari Tang Sin. "Tak sembarang orang bisa melakukan atraksi seperti itu. Secara pribadi saya kagum melihat aksi mereka," kata Sam warga Airmadidi Minut. Menurutnya dua dari empat orang Tang Sin yang memeragakan aksi mereka terlihat seperti sosok-sosok legenda negeri Cina yang sering disaksikan dan ditonton di TV. "Ada yang seperti Son Go Kong atau kera saksi dan si bocah nakal atau Nacah. Ini didukung serta dibuktikan dengan alat khas yang mereka pegang untuk Son Go Kong membawa tongkat panjang sementara nacah membawa ring besih besar serta tombak," tukasnya.

Terpisah Rolly Ciwulusan rohaniawan klenteng Seng Bo Kiong menjelaskan dari prosesi Cap Go Meh mulai dari arak-arakkan spanduk perayaan Goan Siau, barisan non ritual dan Nasional, barisan BKSUA dan FKUB, wanita gotong royong, musik bambu, barisan IKSAT, tarian Kabaran Minahasa, Kereta Hias Bhineka Tunggal Ika dan Bohusami, musik girang-giran dari Lembeh, kereta dari Pariwisata dan Mobil Ambulance.

"Kemudian ada barisan ritual, spanduk kok thai pin An, sepasang Gong atau lonceng langit, pasukan 5 kuda panglima dan pasukan 36 bendera serta kereta hias. Lalu ditutup dengan barisan usungan lima Kio mulai dari Yang Suci Tiong Tan Lie Goan Swe atau Lo Cian, Hian Thian Sian Te, seng seng bo atau maco, kwan seng te kun dan ho tek ceng sin," tukasnya. tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar