Minggu, 24 Mei 2015

Pelajar di Bitung-Airmadidi Diajak Selamatkan Yaki



Yayasan Save Yaki (Selamatkan Yaki) menggelar road show sosialisasi "Selamatkan Yaki" sepanjang Bulan Mei di puluhan SMA dan SMK di Bitung dan Airmadidi. Harry Hilser, Manajer Program Selamatkan Yaki mengatakan, sosialisasi berhasil menjangkau 35 dari 36 SMA/SMK di Bitung-Minut.

Hilser mengatakan, sosialisasi bertujuan memberi
pengetahuan sekaligus pendidikan lingkungan dan meningkatkan kesadaran kepada pelajar tentang pentingnya konservasi penyelamatan monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) alias Yaki (nama lokal) yang berstatus terancam punah. "Sosialisasi ini disertai pemilihan Duta Yaki," tukas Hilser dalam rilis ke Tribun, Senin (18/5/2015).

Sosialisasi difokuskan ke siswa kelas XI dengan target total murid yang berpartisipasi 2.530 pelajar. Siswa diberi pengetahuan tentang peran penting Yaki terhadap lingkungan serta keistimewaan, manfaat Yaki sebagai satwa endemik Sulawesi Utara alias tak ditemukan secara liar di tempat lain di dunia.

Junita Siwi, Education Officer Selamatkan Yaki menambahkan, kegiatan ini didukung para pimpinan sekolah. Apalagi perhatian pelajar yang begitu antusias mengikuti presentasi dan berpartisipasi dalam diskusi. "Ini pertanda positif. Ada gerakan kesadaran di tengah komunitas pelajar," jelas Siwi.

Indah Purwoto, salah satu peserta dari SMA N 2 Bitung bangga bisa terlibat dalam kampanye selamatkan Yaki. "Pengetahuan tentang Yaki, keistimewaannya dan statusnya yang terancam punah sangat berguna. Banyak anak-anak, pelajar yang belum tahu tentang status Yaki," ujar Indah.

Rangkaian sosialisasi berakhir di Pulau Lembeh. Tiga sekolah terakhir yang dikunjungi ialah SMA LPM Motto, SMA N 3 Bitung dan SMK N 3 Bitung. Sosialisasi Selamatkan Yaki dan Pemilihan Duta Yaki akan dilanjutkan Perkemahan Konservasi Yaki. Rencananya, kegiatan ini akan digelar 22-24 Mei nanti di Museum Minahasa Pa' Dior di Yayasan Institut Seni Budaya Minahasa di Tompaso, Minahasa.

Turun Drastis
Populasi-tingkat persebaran Yaki turun drastis akibat perburuan liar dan berkurangnya hutan sebagai habitat asli. Apalagi hewan ini tingkat reproduksi nya lambat. Seekor Macaca betina, paling cepat melahirkan satu bayi dalam 18 bulan. "Ancaman terbesar Yaki ialah perburuan liar untuk dikonsumsi dagingnya atau dijadikan peliharaan," katanya.

Populasi Yaki berkurang 80 persen dalam 40 tahun terakhir. Primata yang aktiv di siang hari ini kini berstatus "Sangat terancam punah", masuk daftar merah spesies terancam sebagaimana dirilis International Union for Conservation of Natural Resources (IUCN).

Saat ini diperkirakan, hanya ada 4.000-5.000 Yaki di daerah ini, dimana, 2.000-an ekor berada di Cagar Alam Tangkoko, Bitung. Perburuan Yaki menjadi-jadi tak lepas dari kebiasaan orang Minahasa mengkonsumsi daging satwa liar. Apalagi pada momen hari raya seperti Natal-Tahun Baru, Paskah dan pengucapan syukur. sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar