Jultje
Sahambangun, guru bantu di SD Negeri Pateten, Kota Bitung Sulawesi Utara, telah
mengabdikan diri di sekolah tersebut selama 20 tahun. Namun sayangnya, dalam
seleksi sebagai guru honor pada bulan Desember 2015, namanya tidak lolos
sebagai tenaga honor.
”
Saya sudah terbiasa dengan hal-hal begini Pak, sudah 20
tahun memang seperti
ini,” kata Sahambangun pasrah.
Jultje
Sahambangun, yang tinggal di Perumnas Girian Weru, harus mengeluarkan uang
transport minimal Rp 10 ribu/ hari. Dari gaji yang hanya bergantung dana BOS, 3
bulan sekali, harus disisihkan untuk biaya transport dan makan.
”
Untuk mencukupi kebutuhan, saya biasa membuat kue, untuk dijual di sekolah dan
di rumah,” tambah Sahambangun.
Ketua
Komisi C, DPRD Bitung, Victor Tatanude, geram mendengar masalah tersebut.
Karena seharusnya Pemkot melalui Dinas Diknas, fair dalam menetapkan Tenaga Honor.
”
Masak ada guru belum setahun mengajar sudah ditetapkan sebagai tenaga honor,
sedangkan yang 20 tahun tak pernah terakomodir, ini kan menyakitkan mencederai
nilai kemanusiaan,” Semprot Tatanude.
Komisi
C DPRD Bitung, akhirnya menganulir keputusan pengangkatan tenaga honor khusus
guru, sebanyak 200 orang. Dinas Diknas juga diminta untuk seleksi ulang, tenaga
honor guru, tanpa melihat latar belakang pendidikan namun pengabdian. sumber:bitungnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar