Minggu, 14 Februari 2016

Ironi, Untuk yang Kedua Kalinya Impor Ikan Cakalang dari Luar Kota Cakalang



Ironis, kata ini kembali patut dialamatkan pada perusahan unit pengolahan ikan (UPI) di Kota yang kembali mendatangkan atau impor bahan baku ikan dari luar Kota Bitung, sebagai wilayah penghasil ikan terbesar namun karena satu dan lain hal membuat perusahan UPI memilih impor.

Seperti yang disampaikan wakil General Manager (GM) PT Delta Pasific Indotuna Cholid Alkatiri, bahwa satu diantara tujuh perusahan UPI di Kota Bitung melakukan Import bahan baku ikan jenis Cakalang.

"Jadi pada Jumat (12/2) pekan lalu kami Impor ikan Cakalang dari Korea Selatan (Korsel), sekitar 100 Ton didalam empat konteiner ukuran 40 feet," tutur Cholid akkir pekan lalu. Ini sudah yang keduakali dilakukan PT Delta mengimport bahan baku ikan dari luar setelah sebelumnya pada Jumat (22/1) mendatangkan dari Negara India.

Dia berharap kebijakan transhipment dari Kementrian kelautan dan perikanan (KKP) bisa dihapuskan agar pihaknya bersama perusahan UPI lainnya di Bitung bisa melakukan penangkapan ikan dengan baik. "Untuk izin import bahan baku ikan kami lakukan dalam jangka waktu enam bulan kedepan sejak Januari 2016, dengan izin di dua Negara saja yaitu India dan Korsel," tambahnya.

Lanjutnya dalam proses pengurusan izin impor bahan baku dari luar negeri tidak lah mudah, biaya tinggi dan memakan waktu cukup harus menjadi resiko bagi perusahan yang terletak di Kelurahan Girian Bawah Kecamatan Girian untuk tetap melakukannya.

"Izinya harus diperpanjang kalau waktunya habis, selaki melakukan pengurusan memerluhkan waktu seminggu. Proses impor sendiri dari negera luar dikirim ke pelabuhan Surabaya harus melakukan pengurusan di karantina Surabaya, ongkosnya ke Bitung meski mahal mau tidak mau tetap dilakukan untuk jaga aset, pembeli dan karyawan kami," terangnya.

Dijelaskannya impor yang dilakukan terbatas hanya di Negera India, Taiwan dan Korea Selatan, sementara negara-negara di kawasan Asia tidak diizinkan, karena kemungkinan masih dalam satu kawasan. Saat ini order untuk ekspor ikan kemasan atau kaleng dari PT Delta Pasific Indotuna sangat banyak seperti papu nugini dan Cina tapi tidak bisa.

"Banyak order tapi belum penuhi secara maksimal seperti untuk Saudi Arabia kami pending karena order mereka sampai 40 Konteiner mungking tiga bulan kedepa baru bisa terpenuhi," tukasnya.

Terpisah Plant Manager PT Delta Pasific Indotuna Basmi Said, mengatakan sebagai perusahan pengeksport ikan kaleng dengan langkah impor jangan dilihat dari sisi ekspornya saja melainkan lebih dikarenakan suplay ikan saat ini didominasi dari Muara Baru dan Surabaya.

"Selain dalam keadaan utuh, kami membeli dalam bentuk Loin tinggal dikalengkan termasuk dari Kalimantan dan Sumatera serta di Indonesia termasuk PT Samudera Mandiri Sentosa (SMS). Ini strategi untuk hidupkan karyawan 1.300 yang sisa, 500san diatur bergantian atau safe masuk kerja," jelas Basmi.

Dijelaskannya, untuk pasar ekspor ke Eropa lebih baik ketimbang pasar lokal yang bakal merugi, hanya lebelnya yang menang sehingga dipilih ekspor penjualnnya meski sulit terpenuhi. "Keluar dalam bentuk lebel dan kemasan serta dijual kualitasnya bukan kuantitas untuk pasar," tambahnya.

Permintaan perbulan sendiri untuk ekspor kebutuhan pasar timur tengah 50 sampai 60 ton dulu sebelum ada Moratorium dikirim dalam 60 konteiner sekarang tidak lagi. "Untuk impor yang masuk Jumat pekan lalu diperkirakan bisa memenuhi bahan baku selama empat hari kedepan," tukasnya. manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar