Jelang pengosongan lahan kawasan ekonomi khusus (KEK) di
Kelurahan Manembo-Nembo, Sagerat dan Tanjung Merah Kecamatan Matuari 5 Februari
2016 masyarakat yang mendiami lokasi itu melakukan blokade akses masuk
menggunakan bambu.
"Kami tetap akan bertahan," tutur Samsudin
Yusuf warga yang tinggal sejak tahun 2014 di lahan KEK, Senin (1/2).
Menurut Udin, dasar dirinya tetap bersikukuh untuk
bertahan di lahan yang bakal dijadikan KEK karena saat pertama masuk dibekali
dengan rekomendasi dari DPRD Bitung bisa memiliki lahan itu dan melakukan
pembangunan.
"Konkritnya kami yang tinggal disini mau pindah asal
ada kontribusi dapat rumah dan sertifikat, kalaupun kami digusur secara
terpaksa kami mengancam akan tinggal dan menduduki kantor walikota
Bitung," tukas pria yanjuga memiliki rumah sendiri di perumahan Meita.
Wempie Makalau selaku kepala lingkungan setempat
mengatakan untuk rencana pengosongan yang ratusan bangunan rumah dan ribuan
jiwa di lahan KEK tidak pernah ada mediasi dari pemerintah Kota Bitung.
"Kalau ada kompensasi apa boleh buat karena
masyarakat baik akan keluar tapi kalau tidak ada kompensasi tetap akan
bertahan," ujar Wempie.
Hingga saat ini meski sudah mendengar batas waktu yang
ditetapkan pada tanggal 5 Februari 2016 pihaknya belum mau dan belum ada niat
untuk beranjak. Masyarakat masih menunggu pembicaraan untuk kompensansi sebelum
dilakukan pengosongan.
"Sudah ratusan juta biaya yang saya keluarkan untuk
membangun sejak 2012 rumah semi permanen," jelasnya.
Terpisah sekretaris daerah Kota Bitung Drs Edison Humiang
terus melakukan pemantapan pengosongan lahan KEK dari penguasaan masyarakat
Masata. Rapat ditingkat kota hingga provinsi sudah dilakukan dan telah
memberitau batas waktu pengosongan.
"Mereka yang enggan di kosongkan diharapkan
koperatif, tidak ada ganti kerugian apa-apa kepada mereka hanya yang tidak ada
rumah atau tempat tinggal sama sekali kami siapkan Rusunawa untuk ditempati
selama enam bulan," jelas Humiang.
Pihaknya mengaku hingga batas waktu pengosongan sudah
melakukan pendekatan persuasif kepada mareka, bahkan sudah ada yang mulai
melakukan pengangkutan untuk keluar dari lokasi.
Saat pengosongan nanti masyarakat akan dibantu angkutan
oleh Pemko.
"Mengenai riak-riak dari masyarakat tugas kita melakukan
pendekatan per kelompok dan Individu harus di lakukan karena tujuannya tidak
merugikan masyarakat demi kesejahtraan pada umumnya bukan dinikmati oleh
sekelompok orang akan ada peluang ekonomi baru di Kota Bitung," tandasnya. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar