Senin, 23 Januari 2017

Kisah Wanita Kristen Dan Muslim Pelipat Uang Kertas Di Klenteng Bitung



Wanita paro baya itu nampak ahli dalam menyusun uang emas atau disebut Kim Cua oleh penganut Tridharma.

Kim Cua dipersembahkan pada Dewa. Caranya dibakar dalam sembahyang. Jemarinya bak menari kala menjahit uang emas itu. Pekerjaan rumit itu dilakukannya dengan
santai.

Kadang sambil menjahit, ia bercakap - cakap dengan pekerja lainnya di klenteng Seng Bo Kiong Bitung. Uto nama wanita itu. Bukan warga keturunan Cina. Bukan pula penganut Tridharma.

"Saya penganut Kristen," ujar dia kepada Tribun Manado, Senin (23/1) di ruang samping kanan Klenteng Seng Bo Kiong. Uto mengaku bekerja melipat uang emas di Klenteng itu.

Dirinya sudah lima tahun bekerja di sana. "Sudah cukup lama," beber dia. Uto bercerita, mulanya ia bekerja di klenteng itu sebagai pekerja biasa. Pelipat uang emas kala itu adalah seorang wanita tua.

"Ia ajari saya membuat ini, akhirnya saya menggantikan dia," kata dia. Menurut Uto, awalnya ia alami kesulitan mengerjakan uang emas. Sebutnya, butuh seni khusus melipat serta menjahit uang emas.

"Harus dilipat model emas kemudian dijahit, semuanya harus sempurna karena yang itu digunakan dalam sembahyang," kata dia. Uto mengungkap, sehari ia mampu menyelesaikan hingga 10 gulungan uang kertas. Rata - rata klenteng tersebut membutuhkan 6 gulungan setiap harinya. "Kalau Imlek lebih banyak lagi," kata dia.

Dekat Imlek, Uto lebih sibuk. Semakin banyak warga yang sembahyang di klenteng itu. Kepada Tribun, Uto menunjuk dua kardus berisi uang emas yang sudah digulung serta tumpukan uang emas yang masih berupa kertas.

"Lebih sibuk jelang Imlek," ujar dia. Uto mengaku menikmati pekerjaannya itu. Ia belum ada niat pindah kerja. Tak risih bekerja di Klenteng, padahal ia penganut agama Kristen ?. "Biasa saja, yang penting kerja halal," kata dia.

Pekerja lainnya bernama Suniati. Ia tengah asyik mengamati pekerjaan Uto. "Saya sedang belajar dari dia," kata dia dengan logat jawa kental. Suniati berwajah oriental. Kulitnya kuning langsat. Matanya agak menyipit. Seperti Uto, ia bukan penganut Tridharma.

"Saya muslim," kata dia. Dia mengaku datang dari Jawa beberapa waktu lalu untuk ikut bosnya yang sering beribadah di klenteng. sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar