Pemilihan tema Colorful Bitung ini bukan tanpa alasan.
Posisi strategis Kota Bitung di bibir Pacific (Pacific Rim) menyebabkan Bitung
menjadi simpul pertemuan beragam budaya dan gerbang pertemuan berbagai bangsa
dari Timur Indonesia seperti Filipina hingga Asia Timur. Kondisi ini
menyumbangkan keragaman budaya Kota Bitung sebagai kota multietnis serta
multikultur.
Kekayaan budaya di Bitung disumbangkan keberadaan dan
karakter etnis Sangihe dan etnis Minahasa sebagai etnis mayoritas, yang
berdampingan harmonis dengan etnis-etnis lain seperti Tionghoa, Talaud, Gowa,
Bugis, Jawa, dan lain sebagainya.
Seperti yang diungkapkan Walikota Bitung, Maximilliaan
Jonas Lomban,SE,M.Si, bahwa sejarah panjang titik simpul dan posisi strategis
Bitung sebagai kota pelabuhan internasional dan gerbang perniagaan ini,
menjadikan Pemerintah Kota Bitung mencanangkan visi “Bitung Kota Sejahtera,
Maju, Berdaya Saing dan Berbudaya, Menjadi Titik Simpul dan Pintu Gerbang
Indonesia di Kawasan Asia Pasifik”.
Menurutnya, warna-warni Kota Bitung ini, jelasnya, juga
ditunjang oleh kecantikan alam, khasanah kuliner, serta lanskap kota.
Melangkahkah kaki ke Bitung, akan membuat pengunjung terpesona dengan potensi
pariwisata di Timur Indonesia yang memikat dan lengkap, terdiri atas daratan,
lautan, perbukitan hingga pegunungan. ”Destinasi pariwisata Kota Bitung bisa
dinikmati dengan keragaman pilihan. Untuk menikmati keindahan pantai, ada
berbagai resort-resort dan hotel berbintang, atau homestay yang dikelola
masyarakat dengan pemandangan memukau dari Gunung Dua Sudara. Para pelancong
juga bisa memilih menikmati pesona bawah laut dengan snorkeling di
pantai-pantai alami yang menjadi daya pukau kota ini,” ujarnya.
Khusus pengila adventure, tegasnya, bisa memuaskan dahaga
dengan menyelam dan snorkling di seantero Selat Lembeh yang mempesona. ”Selat
Lembeh merupakan salah satu titik destinasi diving dunia terbanyak, dengan 95
titik selam. Keunikan Selat Lembeh terletak pada biota berukuran kecil, langka,
dan tidak ditemukan di tempat lain karena bersifat endemik. Kekayaan bawah laut
ini menjadikan Selat Lembeh dijuluki sebagai Surga Macro Photography,”
jelasnya.
Selain itu, terangnya, Kota Bitung juga punya Cagar Alam
Tangkoko, rumah bagi ratusan mamalia, burung dan reptil serta amfibi. Di hutan
alam ini dengan mudah ditemukan dua primata endemik Sulawesi Utara yang
terancam punah, yaitu Yaki (sejenis kera berbokong merah) dan Tarsius (binatang
kecil yang langka). Kekayaan fauna yang ada di Cagar Alam Tangkoko, Taman
Wisata Batu Putih, Taman Wisata Batu Angus seperti pohon enau, woka, ebony
hingga pohon bitung, menjadikan tracking sebagai aktivitas menarik yang tak boleh
dilewatkan.
Tidak ketinggakan, tambahnya, 3 kawasan ekowisata untuk
menyusuri hutan mangrove sekaligus menikmati keindahan pantai. Kawasan
Ekowisata Pintu Kota, Ekowisata Kareko dan Ekowisata Pasir Panjang tak kalah
menantang untuk ditelusuri. Monumen bersejarah juga terserak di kota ini,
seperti Monumen Trikora, Monumen Jepang, Kapal Karam/Mawali Wreck, Aer Prang
dan masih banyak lagi. ”Sebagai kota industri, Bitung sangat dinamis dan modern
berkat keberadaan industri perkapalan, pengalengan ikan, minyak goreng, hingga
mie instan. Dengan sejumlah pesona inilah keragaman dan warna-warni Kota Bitung
akan ditampilkan dalam gelaran Festival Pesona Selat Lembeh 2016,” pungkasnya. manadoexpress.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar