Senin, 07 Maret 2016

Setahun Industri Perikanan Rugi Rp 3 Triliun



Industri perikanan di Kota Bitung terpukul. Puluhan pengusaha perikanan membawa massa menggelar aksi damai di kantor Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Aertembaga Bitung dan Tugu Cakalang. Kesekian kalinya mereka protes kebijakan yang dikeluarkan Menteri Kelautan
dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti, Senin (7/3).

Di kantor PPS, massa yang menamakan diri Perikanan Bitung Bersatu (PBB) diterima Frits Lesnusa selaku Kepala PPS dan di Tugu Cakalang mereka berorasi dan memasang kain hitam melingkar di tugu. Massa juga menaruh dua papan bunga bertuliskan 'Perikanan Bitung Berdukacita Korban Permen Susi'. "Kami prihatin,
Bitung yang dikatakan Kota Cakalang kini tinggal kenangan," tutur Hein Kojongian, satu di antara demonstran, kemarin.

Kata dia, sangat beralasan, sejak diberlakukannya kebijakan Menteri Susi di Desember tahun 2014, predikat Kota Cakalang seakan tidak ada lagi karena aktivitas lalu lalang tenaga kerja, kegembiraan para karyawan di pabrik. "Kami sangat berharap ada rasa kepedulian dari ibu Menteri Susi. Seumur-umur kami berkecimpung di dunia perikanan baru kali ini kami menerima akibat dari regulasi yang boleh dikata seakan membunuh dan arogansi tidaka da solusi sifatnya pencitraan dengan merekayasa data," kata dia.

Dijelaskan mengenai rekayasa data yang mereka terima dari kepala PPS dilaporkan ke Menteri Susi 120 ton pasokan ikan per hari sementara saat sampai ke Menteri Susi 620 ton sehingga dengan data ini menunjukan bahwa hasil perikanan di Bitung melimpah. "Benar ikan banyak di laut, tapi kalau tidak ada yang tangkap sama saja bohong. Sifat ikannya migran selalu berjalan ke mana saja kalau Indonesia tidak manfaatkan asas manfaat di Zona Ekonomi Eksklusif alangkah bodohnya kita," terangnya.

Sejak moratorium diberlakukan setiap hari perputaran uang sekitar Rp 7 miliar seakan hilang. Sehingga kalau satu tahun ada Rp 3 triliun uang yang lenyap. "Ini dana yang harusnya berputar menjadi daya beli dan menopang rupiah dalam keterlibatan perekonomian," tukasnya.

Basmi Said dari Asosiasi Unit Perikanan Ikan (UPI) dari keterangan yang disampaikan oleh Kepala Perikanan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, 45,208,52 ton per tahun atau 150 ton per hari ditambah yang didatangkan dari Jawa 70 ton per hari sama persis dengan data di UPI 220 per hari total.

"Nah, laporan yang masuk ke Menteri 670 per hari semua jenis ikan. Ini titik persoalannya pernyataan muncul terjadi peningkatan ikan di pasar tradisional, itu tidak bisa terpungkiri tapi pusat tidak tahu jenis ikan untuk kebutuhan pasar tradisional dan UPI adalah cakalang dan baby tuna yang kebutuhannya 1.100 ton per hari yang masuk ke pasar tradisional jenisnya peligis kecil (malalugis dan deho)," kata Basmi.

Inilah letak kekurangan KKP tidak terpantau dengan data dan harus lihat di lapangan untuk menyimpulkan data yang masuk ke Kementerian. "Data yang ada pada kami per Februari 2016 rata-rata 4,7 ton per hari jenis deho dan malalugis, untuk cakalang dan anak tuna 90 per hari dari kebutuhan 1.100 ton per hari. Total keseluruhan 95 ton termasuk malalugis dan deho per hari. Sementara data di PPS 150 ton per hari dari kami kaget yang 670 ton per hari mana dia mengaku tidak pernah mengirim seperti itu nanti di sinkronkan dengan ikan yang masuk," terangnya.

Di sisi lain, aksi demo damai yang dilakukan para pelaku usaha perikanan di kantor PPS Aertembaga dan Tugu Cakalang tidak dihadiri perusahan ikan lainnya. PT RD Pasific dan Aliannce yang memilih mundur diri dari aksi tersebut.

"Kami tidak bersependapat dengan aksi yang mereka lakukan itu. Karena di era Pemerintahan Provinsi Sulut yang baru kami berharap banyak ada kemajuan untuk dunia perikanan Bitung," tutur Frangky Tumion, Manager Administrasi RD Pasific, Senin (7/3).

Dia optimis di tangan Gubernur yang baru Olly Dondokambey dan Wakilnya Steven Kandouw, dunia perikanan Bitung akan bergairah lagi. "Pemerintahan Provinsi belum genap sebulan dan kami masih optimis Gubernur dan Wakil Gubernur mampu memberikan jalan terbaik bagi kemajuan perikanan Bitung," katanya. sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar