Malang
nasib dialami dua awak media yang keseharian melakukan tugas peliputan di Kota
Bitung. Mereka mengalami penganiayaan diduga dilakukan oleh petugas keamanan
seorang calon wali kota Bitung, di Kelurahan Kadoodan Kecamatan Madidir, Kamis
(10/12).
Menurut
Jeffry Wuisan, wartawan elektronik yang menjadi korban penganiayaan, peristiwa
itu terjadi saat dia bersama rekan sejawat bernama Andre Anthoni, kontributor
Metro TV di Bitung dan Jemmy Anis wartawan Kompas TV sedang melakukan tugas
peliputan di sekretariat calon independen yang nampak gaduh dan ribut karena
sejumlah saksi di TPS dari calon nomor urut 2 itu belum menerima dana
operasional yang dijanjikan.
"Ketika
berada dalam sekretariat hendak mengambil gambar kegaduhan tersebut seorang
petugas kemanan mendadak mendatangi kami dan membentak serta berusaha merampas
kamera Andre Metro TV sehingga terjadi tarik menarik. Karena takut kameranya
patah akhirnya Andre merelakan kameranya dirampas paksa. Saya posisinya
sementara ambil gambar juga adegan tarik menarik kamera itu. Kemudian mendadak
saya juga didatangi orang yang sama dan diikuti satu orang lainnya, dia ini
kemudian berusaha merampas kembali kamera saya namun saya bersikeras kemudian
leher saya dikancing sehingga saya terpaksa meronta, saya tidak tahu bagaimana
kejadian seterusnya karena mendadak hidung saya pecah dan darah keluar,"
cerita Jerry di sela-sela melapor di Mapolsek Urban Maesa.
Tak
berhenti di situ saja, perlakuan menghalang-halangi profesi wartawan dalam
melakukan peliputan berlanjut, saat ketiga wartawan hendak mengambil motor yang
terparkir di luar sekretariat. Mereka dikejar oleh beberapa sekuriti berpakaian
kemeja safari hitam-hitam sembari mengeluarkan makian. "Motornya Jemmy
terpaksa ditinggalkan kami pakai dua motor kemudian melapor ke Polsek Maesa,
nyawa kami terancam karena pendukung mengeluarkan ancaman dan makian,"
ujarnya ketakutan.
Andre
Antoni Kontributor Metro TV yang ditemui terpisah menjelaskan, upaya
menghalang-halangi profesi sebagai jurnalis. Dia juga heran kenapa tugas
wartawan dalam memburu berita mendapat halangan. "Ketika mendapatkan info
ada pendukung ataupun simpatisan paslon ribut di sekretariat. Tugas kami
melakukan peliputan. Saya sangat sesalkan kejadian ini, sebagai jurnalis ini
merupakan bentuk pelecehan yang seharusnya tidak lagi terjadi. Kami datang
baik-baik, kenapa tiba-tiba dikasari, toh akhirnya juga tetap kami akan meminta
klarifikasi pada mereka, saya juga menyesalkan ada gambar-gambar rekaman saya
yang sudah dihapus oleh mereka, saya tidak terima, saya ingin hal ini tetap
berproses," sesal Andre.
Kapolsek
Maesa Kompol Deli Manulang yang dikonfirmasi terpisah membenarkan adanya
laporan kedua jurnalis tersebut ke pihaknya. "Kami sudah terima laporan
untuk sementara kedua rekan jurnalis itu sementara kita mintai keterangan dan
BAP, untuk saksi dan diduga pelaku yang berinisial S alias Stef juga sudah kita
panggil ke kantor untuk dimintai keterangan, kasusnya masih dalam penanganan,
rekan-rekan jurnalis ingin kasus penganiayaan ini dilanjutkan," jelas
Manulang. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar