BITUNG - Jendri
Kapoh (28), warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Tewaan
Bitung diduga tewas karena dipukul secara beramai-ramai oleh petugas lapas.
Kabar tewasnya pria yang tercatat sebagai warga Desa Pinenek jaga III Kecamatan
Likupang Timur Minut diketahui oleh pihak keluarga Senin kemarin sekitar pukul
05.00 pagi.
"Pukul 05.00
pagi informasi dari polsek Bitung Utara telepon kami. Mereka katakan anak kami
meninggal melakukan perbuatan ba bodok diri, namun kalau melihat kondisinya
tidak mungkin ba bodok diri," tutur Yety Tumbel ibu korban di depan kamar
jenasah RSUD Manembo-Nembo Bitung Senin kemarin.
Kabar dari
anggota polsek Bitung Utara yang menyatakan anaknya tewas melakukan hal yang
bodoh tidak bisa diterima keluarga. Tidak jelas perbuatan bodoh apa yang dilakukan,
apakah gantung diri atau menyiksa diri sendiri hingga tewas. "Saya curiga
bukan karena ba bodok diri meski kejadian persisnya saya tidak tahu karena
terjadi di dalam lapas. Kalau dilihat dari kondisi tubuh korban ada kejanggalan
wajahnya babak belur, kami akan lapor polisi atas kejadian ini," kata dia
sembari menambahkan pihaknya menaruh curiga anak kedua dari empat bersaudara
itu mengalami luka aniaya benda tumpul. "Untuk itulah jenazah anak saya
diotopsi di RSUD Malalayang Manado, untuk mengetahui apa yang terjadi,"
tandasnya.
Informasi yang
dihimpun, Jendri Kapoh (28) warga Desa Pinenek jaga III Kecamatan Likupang
Timur Kabupaten Minahasa Utara diduga tewas karena dianiaya petugas Lembaga
Pemasyarakatan Masyarakat (Lapas) kelas II B setelah sebelumnya sempat mencoba
melarikan diri dari Lapas.
"Informasi
yang saya dengar, korban sempat melarikan diri dari Lapas dan ditemukan oleh
petugas lapas pada Minggu subuh," tutur seorang anggota Polsek Bitung
Tikur yang berada di RSUD Manembo-Nembo Bitung.
"Lebih jelas
silakan kalian tanyakan ke Lapas," tukasnya. Terpisah AKP Inge Marijo
selaku Kapolsek Bitung Utara mengatakan untuk mengetahui penyebab kematian
korban harus dibuktikan dengan otopsi.
"Pak
Kapolres memerintahkan langsung harus diotopsi biar jelas penyebab kematian.
Korban dibawa ke RSUD Malalayang karena dokter yang biasa melakukan otopsi di
RSUD Manembo-nembo sedang sakit," kata Inge di depan kamar Jenazah RSUD
Manembo-Nembo Bitung Senin kemarin.
Inge mendapat
informasi pada Sabtu pekan lalu korban sempat melarikan diri dari lapas setelah
sebelumnya diminta oleh pihak petugas Lapas melakukan perbaikan instalasi
listrik yang terletak di depan lapas. "Korban kabur dari lapas dan pada
hari Minggu sore pekan lalu. Petugas lapas berhasil mendapati korban di
Kelurahan Duasudara lalu dibawa kembali di Lapas," tambahnya.
Karena melakukan
perbuatan kabur dari Lapas, korban dimasukan ke dalam blok karantina nomor 12,
yang biasa digunakan untuk menghukum warna binaan yang melakukan pelanggaran.
Amatan Tribun
Manado di kamar jenazah, korban mengalami luka-luka lebam di sekujur badan,
wajah, jidat, paha, kaki dan sekujur tubuh lainnya. Masalah ini pun langsung menyita perhatian
dari instansi terkait yang menjadi penanggung jawab Lembaga Pemasyarakat yaitu
Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Sulut.
Tak mau
disalahkan, Kepala Kanwilkemenkum Sulut Juliasman Purba berdalih penyebab
kematian korban membentur-benturkan kepalanya sendiri. "Dia
membentur-benturkan kepala di dinding ruang karantina dan didengar sesama napi
yang ada di dekat ruang itu," tutur Purba yang langsung mengunjungi Lapas
Kelas II B di Tewaan Bitung pascakejadian tersebut.
Pihaknya
mendukung proses hukum yang dilakukan kepolisian. "Jadi sebelum dibawa ke
lapas, korban lebih dulu digebuk warga hari Minggu sore. Soal penyebab kematian
korban yang gara-gara bunuh diri sudah diceritakan kepada istri korban dan dia
mengerti," tukasnya.
Mati Tidak Wajar
Kematian Jendry
Kapoh benar-benar tak disangka keluarga dan kerabatnya. Keadaan ini membuat
orang-orang dekat almarhum begitu terpukul, seakan tak percaya kepergian korban
yang begitu cepat dan dengan cara yang tidak mereka sangka.
"Saya tidak
trima atas kematian anak saya yang tidak jelas, bagaimana mereka yang
seharusnya menjaga malah melakukan penganiayaan hingga dia so nda
banafas," kata ibu tiri Jendry.
Dikatakan ibu
tiri Jendry, yang enggan menyebutkan nama, makanan kesukaan Jendry adalah ikan
tikus rica-rica. "Saya dan suami papa kandung Jendry berencana untuk
mengunjungi jendry di polsek untuk membawa kue, nasi bungkus dan makanan
kesukaan Jendry," katanya.
Lanjutnya, saat
akan beres-beres ke pasar membeli bumbu, suaminya sudah menerima telepon dari
polsek bahwa Jendri sudah tak bernyawa. "Jendry berpesan supaya sering
mengunjungi dia di tahanan, dibawakan makanan dan untuk melihat anak
perempuannya yang masih berusia lima tahun untuk memberikan uang kepada
anaknya," tambah ibu tirinya.
Jendry
meninggalkan satu orang istri dan anaknya yang masih berusia lima tahun. Novi
bastian, istri Jendry begitu terpukul saat melihat suaminya terbujur kaku di
kamar mayat untuk diotopsi. Novi tampak tidak berkata-kata sambil menatap
dengan tatapan kosong kearah suaminya pada saat akan diotopsi.
Jendri, anak
kedua dari lima bersaudara memiliki kepribadian yang baik dan suka bergaul
dengan siapa saja. Dia terkait kasus curanmor karena menurut keluarganya akibat
pergaulannya yang salah.
Jemmy kakak
kandung Jendry (alm) tidak menerima yang dialami adiknya. "Saya lihat
bengkak lebam di dadanya dan di atas keningnya robek. Kami ingin otopsi dan
ingin mengetahui kebenaran yang dialami adik saya," tuturnya saat berada
di forensik RSUP Kandou. Jendry rencananya akan dikubur hari rabu pukul 14:00
di Pinenek, Kecamatan Likupang. www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar