Rabu, 03 Agustus 2016

Diduga Dipukul Petugas Lapas Warga Binaan Diketemukan Tewas

BITUNG - Jendri Kapoh (28), warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Tewaan Bitung diduga tewas karena dipukul secara beramai-ramai oleh petugas lapas. Kabar tewasnya pria yang tercatat sebagai warga Desa Pinenek jaga III Kecamatan Likupang Timur Minut diketahui oleh pihak keluarga Senin kemarin sekitar pukul 05.00 pagi.


"Pukul 05.00 pagi informasi dari polsek Bitung Utara telepon kami. Mereka katakan anak kami meninggal melakukan perbuatan ba bodok diri, namun kalau melihat kondisinya tidak mungkin ba bodok diri," tutur Yety Tumbel ibu korban di depan kamar jenasah RSUD Manembo-Nembo Bitung Senin kemarin.

Kabar dari anggota polsek Bitung Utara yang menyatakan anaknya tewas melakukan hal yang bodoh tidak bisa diterima keluarga. Tidak jelas perbuatan bodoh apa yang dilakukan, apakah gantung diri atau menyiksa diri sendiri hingga tewas. "Saya curiga bukan karena ba bodok diri meski kejadian persisnya saya tidak tahu karena terjadi di dalam lapas. Kalau dilihat dari kondisi tubuh korban ada kejanggalan wajahnya babak belur, kami akan lapor polisi atas kejadian ini," kata dia sembari menambahkan pihaknya menaruh curiga anak kedua dari empat bersaudara itu mengalami luka aniaya benda tumpul. "Untuk itulah jenazah anak saya diotopsi di RSUD Malalayang Manado, untuk mengetahui apa yang terjadi," tandasnya.

Informasi yang dihimpun, Jendri Kapoh (28) warga Desa Pinenek jaga III Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara diduga tewas karena dianiaya petugas Lembaga Pemasyarakatan Masyarakat (Lapas) kelas II B setelah sebelumnya sempat mencoba melarikan diri dari Lapas.

"Informasi yang saya dengar, korban sempat melarikan diri dari Lapas dan ditemukan oleh petugas lapas pada Minggu subuh," tutur seorang anggota Polsek Bitung Tikur yang berada di RSUD Manembo-Nembo Bitung.

"Lebih jelas silakan kalian tanyakan ke Lapas," tukasnya. Terpisah AKP Inge Marijo selaku Kapolsek Bitung Utara mengatakan untuk mengetahui penyebab kematian korban harus dibuktikan dengan otopsi.

"Pak Kapolres memerintahkan langsung harus diotopsi biar jelas penyebab kematian. Korban dibawa ke RSUD Malalayang karena dokter yang biasa melakukan otopsi di RSUD Manembo-nembo sedang sakit," kata Inge di depan kamar Jenazah RSUD Manembo-Nembo Bitung Senin kemarin.

Inge mendapat informasi pada Sabtu pekan lalu korban sempat melarikan diri dari lapas setelah sebelumnya diminta oleh pihak petugas Lapas melakukan perbaikan instalasi listrik yang terletak di depan lapas. "Korban kabur dari lapas dan pada hari Minggu sore pekan lalu. Petugas lapas berhasil mendapati korban di Kelurahan Duasudara lalu dibawa kembali di Lapas," tambahnya.

Karena melakukan perbuatan kabur dari Lapas, korban dimasukan ke dalam blok karantina nomor 12, yang biasa digunakan untuk menghukum warna binaan yang melakukan pelanggaran.

Amatan Tribun Manado di kamar jenazah, korban mengalami luka-luka lebam di sekujur badan, wajah, jidat, paha, kaki dan sekujur tubuh lainnya.  Masalah ini pun langsung menyita perhatian dari instansi terkait yang menjadi penanggung jawab Lembaga Pemasyarakat yaitu Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Sulut.

Tak mau disalahkan, Kepala Kanwilkemenkum Sulut Juliasman Purba berdalih penyebab kematian korban membentur-benturkan kepalanya sendiri. "Dia membentur-benturkan kepala di dinding ruang karantina dan didengar sesama napi yang ada di dekat ruang itu," tutur Purba yang langsung mengunjungi Lapas Kelas II B di Tewaan Bitung pascakejadian tersebut.

Pihaknya mendukung proses hukum yang dilakukan kepolisian. "Jadi sebelum dibawa ke lapas, korban lebih dulu digebuk warga hari Minggu sore. Soal penyebab kematian korban yang gara-gara bunuh diri sudah diceritakan kepada istri korban dan dia mengerti," tukasnya.

Mati Tidak Wajar

Kematian Jendry Kapoh benar-benar tak disangka keluarga dan kerabatnya. Keadaan ini membuat orang-orang dekat almarhum begitu terpukul, seakan tak percaya kepergian korban yang begitu cepat dan dengan cara yang tidak mereka sangka.

"Saya tidak trima atas kematian anak saya yang tidak jelas, bagaimana mereka yang seharusnya menjaga malah melakukan penganiayaan hingga dia so nda banafas," kata ibu tiri Jendry.

Dikatakan ibu tiri Jendry, yang enggan menyebutkan nama, makanan kesukaan Jendry adalah ikan tikus rica-rica. "Saya dan suami papa kandung Jendry berencana untuk mengunjungi jendry di polsek untuk membawa kue, nasi bungkus dan makanan kesukaan Jendry," katanya.

Lanjutnya, saat akan beres-beres ke pasar membeli bumbu, suaminya sudah menerima telepon dari polsek bahwa Jendri sudah tak bernyawa. "Jendry berpesan supaya sering mengunjungi dia di tahanan, dibawakan makanan dan untuk melihat anak perempuannya yang masih berusia lima tahun untuk memberikan uang kepada anaknya," tambah ibu tirinya.

Jendry meninggalkan satu orang istri dan anaknya yang masih berusia lima tahun. Novi bastian, istri Jendry begitu terpukul saat melihat suaminya terbujur kaku di kamar mayat untuk diotopsi. Novi tampak tidak berkata-kata sambil menatap dengan tatapan kosong kearah suaminya pada saat akan diotopsi.

Jendri, anak kedua dari lima bersaudara memiliki kepribadian yang baik dan suka bergaul dengan siapa saja. Dia terkait kasus curanmor karena menurut keluarganya akibat pergaulannya yang salah.

Jemmy kakak kandung Jendry (alm) tidak menerima yang dialami adiknya. "Saya lihat bengkak lebam di dadanya dan di atas keningnya robek. Kami ingin otopsi dan ingin mengetahui kebenaran yang dialami adik saya," tuturnya saat berada di forensik RSUP Kandou. Jendry rencananya akan dikubur hari rabu pukul 14:00 di Pinenek, Kecamatan Likupang. www.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar