Aksi demo yang dilakukan oleh sejumlah pencinta alam dari
Kabupaten Minut dan Kota Bitung ditenggarai terjadi karena di saat bersamaan
sedang berlangsung Sosialisasi rencana perubagan fungsi kawasan hutan dalam
rangka pembuatan jalan patroli pada Kawasan Hutan Konservasi Cagar Alam
Duasudara, di lantai IV Kantor walikota Bitung Senin (23/5).
Dalam sosialisasi itu menghadirkan Kadis Pekerjaan umum
(PU) Kota Bitung Rudy Tenok, Alex Watime Kadis Pertanian, Kehutanan dan
Ketahanan Pangan, Kepala BKSD Sulut Sudiyono, dari Enchancing Protected Area
System in Sulawesi for Biodiversity Conservation (Epass-Tangkoko) Ir Lilik
Yuliarso, Balai pemantapan kawasan hutan (BPKH) Vicktor Rantelembang.
"Belum apa-apa kita sudah didatangi pendemo, ingat
ada kasus di Tangkoko waktu berkibat masyarakat Batuputih masuk penjara karena
penebangan liar. Nah proyek ini pasti akan ada penebangan, jangan sampai
masyarakat menilai mereka tidak boleh sementara pemerintah boleh sehingga ini
harus dicakapkan oleh semua pihak sebelum dilaksanakan," tutur Jhon C
Hamber anggota DPRD Bitung saat menghadiri sosialisasi, Senin kemarin.
Menurut pelaksanaan sosialisasi pembuatan jalan patroli
langsung cepat direspons oleh pencinta alam dengan melakukan demo. Bicara cagar
alam dan hutan lindung hubungannya erat dengan kegunaan bukan hanya masyarakat
Batuputih melainkan semua masyarakat Kota Bitung. "Mengenai fungsi jalan
itu untuk antisipasi kebarakan saya setuju tapi kalau sudah bicara luasan areal
tidak setuju. Kalau masyarakat dukung kami dprd ikut dukung tapi kalau
masyarakat teriak kami dprd juga akan teriak," tandasnya.
Mr Herry peserta dari LSM Selamatkan Yaki, menilai tujuan
untuk jalan patroli dapat diterima, yakni meningkatkan efektifitas akses
kebakaran yang sudah bisa dilihat dampaknya waktu kebakaran lalu dampaknya
sangat luas. Tetapi kata pria bule ini kalau untuk kurangi kasus buruan juga
setuju. "Persoalannya sampai sekarang justifikasinya belum 100 persen
sampai kepada kami untuk kebutuhan jalan patroli, perseptif dampak dari ini
tidak ada disampaikan mengenai kehidupan disekitar kawasan konservasi,"
tutur Herry.
Steven Lentey dari project macaca nigra menilai rencana
pembuatan jalan patroli harus dilihat dari sisi ilmiah. Jalan patroli dari
Kasawari ke Batuputih pasti akan ada penolakan, mengenai sahnya agar bisa
terwujud proyek ini lebih berat ke masalah negatif. "Perlu pemahaman
apapun sosialisasi ada penerimaan dan penolakan meski berulang-ulang dilakukan.
Dengan adanya jalan patroli menjadi salah satu akses jika terbuka akan
berakibat terbukanya peluang terjadinya pembalakan liar," tandasnya.
Semenyara itu menurut Kepala BKSD Sudiyono menjelaskan
mengenai justifikasi sangat setuju sehingga dalam proses rencana pembuatan
jalan patroli akan dilakukan dua hal justifikasi dan sosialisasi utk menjawab
semua peroalan kebakaran, ilegal loging dan keberadaan macaca nigra. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar