Kebakaran
di Hutan Tangkoko meresahkan warga, terutama para aktivis pencinta lingkungan. Pasalnya
di lokasi ini banyak hewan dilindungi yang terancam keberadaannya. Tim Relawan
Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPA) Sulut yang terdiri Manggala Agni, awak
media dan mahasiswa pencinta alam berusaha mencapai lokasi kebakaran dan
mengisolasi daerah yang terbakar.
Menurut
Tim FKPA, mereka menyaksikan beberapa satwa dilindungi seperti Burung Paruh
Merah, Tarsius (Monyet Mini endemik Sulut)
yang berlindung di Pohon Beringin dan Maleo yang berlarian menggaruk
tanah mencari makanan. Sejumlah Satwa ini berusaha diamankan oleh tim relawan
dengan mengisolasi daerah- daerah yang telah terbakar.
''Kami
menyelamatkan tiga Satwa Endemik, Tarsius di lubang Pohon Beringin dari api
yang terus merembet. Soalnya kalau satu diantara mereka bertiga menjadi korban
pasti keduanya akan ikut meninggal," ujar Jemmy Rusa, Koordinator Relawan.
Setibanya
di Pohon Beringin tempat tiga ekor Tarsius bermukim para relawan dan awak media
menyempatkan mengambil momen dengan memotret hewan yang besarnya hanya
sekepalan manusia.
"Ini
yang kami alami. Melihat Tarisus ditengah habitatnya di tengah hutan. Kalau
dikebun binatang atau penangkaran sudah lain suasananya," ujar Andre
Anthoni, dari media. Selain memanfaatkan momen mengabadikan tiga ekor Tarsius
yang memancarkan tatapan bola mata yang tajam, rombongan relawan memanfaatkan
kesempatan untuk minum.
Setengah
jam setelah meninggalkan Pohon Beringin tempat tiga ekor Tarsius tinggal. Rombongan
diperhadapkan dengan kepulan asap yang membumbung tinggi. Tibalah di titik api,
rombongan relawan pun melakukan isolasi pohon dan daun yang sudah terbakar dari
yang belum terbakar. "Mudah-mudahan pohon yang terbakar tumbang ke areal
yang sudah terbakar agar tidak terjadi kebakaran baru," ujar Jemmy.
Tercatat
ada beberapa titik api yang sudah terisolasi dari lokasi yang belum terbakar
dijumpai Jumat, paling parah api dengan kejam membakar pohon yang sudah tumbuh
selama berpuluh tahun.
kebakaran
tangkoko
"Proses
isolasi selain memisahkan bagian yang sudah terbakar dengan yang tidak
terbakar. Kadang kami membakar kembali daun kering agar tidak terus menjalar ke
areal yang belum terbakar," ujarnya.
Terpisah
Hambali Mokoagouw SH, Komandan Operasional Manggala Agni BKSD Sulut menjelaskan
kebakaran hutan Tangkoko terjadi mulai tanggal 5 Agustus 2015 berhenti dua hari
kemduian setelah dilakukan penanganan.
Pada
tanggal 7 Agustus 2015, kembali berkembang lalu padam hingga terjadi lagi 16
Agustus 2015. Malam harinya padam kemudian berlanjut hingga bulan September ini
di Taman Wisata Alam (TWA) Dusudara dan Cagar Alam (CA) Tangkoko.
''
Kami memperkirakan 90 persen penyebab kebakaran adalah faktor manusia. Tapi
pelakunya sulit memastikannya. Ini berdasarkan yang kami lihat di lapangan. Di
mana ada jerat Tikus dan Monyet. Awalnya mendapat jerat atau perangkap yang
hangus terbakar sehingga kami semakin jeli melihat keberadaan jerat dan
terbukti memperoleh sekitar sembilan jerat yang digunakan manusia," ujar
Hambali.
Hambali
mengatakan, upaya pemadaman darat bervariasi, untuk lokasi yang dekat dengan
sumber air menggunakan mekanisme pakai pompa dan mobil slip on untuk yang jauh
dari posisi air menggunakan peralatan tangan murni.
"Luas
yang sudah terbakar keseluruhan perkiraan kasar belum di overway di petah
adalah 300 hektar TWA dan CA, 60 hektar CA Duasudara, 15 hektar. TWA Batu Angus
total 400 hakter untuk wilayah Bitung. Luas TWA dan CA 4300 ha," ujarnya.
Hanya
imbas kebakaran Hutan Tangkoko belum terdeteksi ada Satwa yang ikut terbakar. Beberapa
hewan Tarsius dan Ular Piton telah dievakuasi. "Sekitar 50-an pohon
berbagai jenis telah terbakar, bahkan ada yang berdiameter 1,2 meter,"
ujarnya.
sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar