BITUNG - Perikanan tangkap di Bitung adalah
yang subur di jagad Indonesia dan jantung dunia untuk perikanan khususnya jenis
Tuna.
Demikian disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Kelautan dan
Perikanan Suseno Sukoyono saat membuka Workshop rencaka aksi peningkatan
produktifikas nelayan melalui pelatihan sertifikasi sebagai antisipasi
pemberlakukan Permen KP di Balai pendidikan dan pelatihan perikanan (BPPP)
Tandurusa Bitung,
Selasa (30/6).
"Hanya di Indonesia satu
jam menangkap ikan dengan hasil 3 ton," kata Suseno.
Pada kesempatan itu Suseno
memberikan gambaran mengenai keberadaan perikanan tangkap seperti ibarat
sesuatu yang pasti adalah perubahan, perubahan ada dua macam direncanakan dan
bila berhasil kita senang sementara kalau tidak berhasil kita berdukan.
Perencanaan yang kedua yaitu tidak direncanakan banyak postifnya juga.
"Tapi lupa menghitung,
membawa dampak yang kita harapkan maupun yang tidak diharapkan,"
tambahnya.
Pada sesi wawancara usai
workshop, kedatangannya bersama Kepala Bidang Perencanan dan program
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhamad Farkan ke provinsi Sulawesi Utara
khusunya Kota Bitung
ingin melihat dari dekat sejauh mana pelatihan yang telah diberikan oleh Balai
Diklat kepada nelayan dan efeknya terhadap perekonomian mereka.
"Kami akui sejak
diberlakukannya Permen Kelautan dan Perikanan nomor 56 dan 57 tahun 2014
tentang penghentian sementara (Moratorium) perizinan kapal di atas 30 GT dan
izin Kapal eks asing diakui banyak pengangguran. Oleh karena itu ketrampilan
melalui pelatihan agar nelayan bisa mandiri ini yang perlu digalakkan,
produktifitas nelayan harus didorong dengan melatih mereka agar bisa mencari
alternatif mata pencaharian dari hasil laut seperti membuat cakalang fufu yang
memiliki nilai ekonomis serta nilai jual dan yang paling penting lagi adalah
agar nelayan yang nganggur ini bisa makan," jelasnya.
Menurutnya produk rumahan
dari nelayan jika tidak diberi bimbingan kualitasnya tidak disuka oleh pasaran,
terutama kemasan yang belum benar-benar rapi, untuk itulah melalui pelatihan
seperti ini produk rumahan dapat bersaing dengan produk pabrik.
"Lihat saja kemasan
produk rumahan seperti cakalang fufu, abon, snack dan beberapa produk lainnya
sekarang ini kan sudah bagus bahkan orang tidak mengira itu dibuat di
rumah," kata dia.
Dia berharap semangat mandiri
yang ditunjukan para nelayan bisa tertular pada warga lainnya, lewat pelatihan
ini bukan hanya membuat produk ikan namun melatih nelayan agar memiliki
ketrampilan yang lebih supaya bisa bersaing ketika menghadapi Masyarakat
ekonomi Asean (MEA) nantinya.
"Khusus untuk nelayan
yang masih melaut, kita latih melalui pelatihan Basic Safety Training atau BST,
nantinya nelayan kita memiliki skill yang baik agar bisa bersaing. Itu harapan
kita ke depan," tukasnya.
Kepala balai Diklat Perikanan
DR Asep Suryana mengatakan workshop yang dilaksanakan merupakan bagian dari
upaya komitmen Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian
Kelautan dan Perikanan untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) kelautan
perikanan yang kompeten.
"Khusus nelayan
Indonesia menyongsong Masyarakat ekonomi Asia (MEA) serta antisipasi Peremen KP
nomor 56 dan 57 tahun 2014," tutur Suryana.
Adapun Peserta pelatihan
basic safety traninning (BST) sejumlah 60 orang peserta hasil pelatihan
pengolahan yang sudah dipraktekkan oleh pelaku utama dan ini merupakan hasil
kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPPP Aertembaga Bitung Pusat
pelatihan mandiri kelautan perikanan (P2MKP) sederhana III Kota Manado, P2MKP
Flamboyan Kota Gorontalo, P2MKP Minapolitan Jaya Kabupaten Minahasa Utara.
Workshop ini juga dihadiri
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Ronald Sorongan, Assisten III
Setdakot Bitung
Malton Andalangi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bitung Liesje
Macawalang dan Kepala Balai Pendidikan dan pelatihan perikanan Aertembaga, Asep
Suryana, ketua asosiasi kapal perikanan Nasional (AKPN) Rudy Walukow dan tamu
undangan lainnya. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar