Minggu, 14 Juni 2015

Tanggul Roboh, Bunyi kayak Guntur ! 20 Rumah Kebanjiran saat Hujan

BITUNG - Sejumlah warga di Kelurahan Bitung Tengah lingkungan I kompleks Parigi Dolong (Pardo) tepatnya di gang Senyum mengeluhkan kondisi robohnya tanggul pelataran peti kemas bagian atas milik satu diantara perusahan pelayaran peti kemas ternama di Kota Bitung.
Akibatnya sejak akhir pekan lalu 20 rumah yang dihuni warga mengalami banjir dari luapan air yang mengalir dari areal pelataran parkir.


Opa Sapati (65) warga yang tinggal tepat disebelah tanggul tersebut mengatakan setiap kali hujan hingga longsor, rumahnya menjadi sasaran empat material berupa tanah dan batu masuk ke rumahnya.
"Bagian depan rumah terpaksa saya bongkar karena pada kejadian yang lalu material tanah tertimbun disitu beruntung tak ada korban jiwa," terang Opa. Bersama dengan warga lain sempat kesal hingga mengancam akan menyabotase alat berat yang sedang bekerja di bagian atas tanggul sebagai bentuk protes.

"Apakah kami harus bertindak dengan berbuat hal-hal yang tidak diinginkan seperti menghancurkan alat berat yang beroperasi di lahan pelataran peti kamas agar mereka perduli dan sadar dengan penderitaan kami," tukasnya.

Gotot warga lainnya menilai pembangunan tanggul sangat tidak aman tiang cor atau penyangga tanggul tidak ditanam hingga ke dalam tanah, hanya dibagian atas. "Sepengetahuan saya dibisang konstruksi tiang tanggul jangan hanya digantung harus ditanam," terang Gatot.

Sony David warga lainnya mengatakan sejak tanggul dibangun untuk menahan longsoran tanah dari bagian atas kami sudah berkali protes oleh warga, bahkan sejak setahun terakhir sudah beberapa kali ditegur warga namun pihak pengembang sepertinya tutup mata.
"Puncaknya pekan lalu tanggul yang dibagian atas itu roboh tiba-tiba karena hujan deras hingga kami kebanjiran dan airnya setinggi lutut orang dewasa," tutur Sony. Debbie Minggu sebelum peristiwa robohnya tanggal itu terdengar suara dentuman keras membuat dia dan warga lainnya kesulitan tidur dimalam hari karena diselimuti rasa takut. "Bunyinya seperti guntur, bagaimana jika tanggul seluruhnya roboh kami bisa tertimbun hidup-hidup," keluh Debbie.

Pihak kelurahan setempat mengeluhkan proses pembangunan dari tanggul itu, adalah Ister Saraung kepala lingkungan I menilai pembanguna itu tanpa memikirkan keselamatan warganya. "Setiap kali kami ketemu penanggung jawab selalu menghindar. Saya bahkan sempat menghentikan pembangunan tanggul tersebut beberapa waktu lalu namun diam-diam mereka melanjutkan kembali," Ister.

Untuk itulah dirinya berencana membawa keadaan itu kepada wakil rakyat agar bisa memanggil pihak terkait dalam rapat dengar pendapat, disitu kami meminta kepada wakil rakyat agar memperhatikan nasib warga yang selalu dihantui rasa tidak nyaman. "Besok kami akan buat surat resmi ke DPRD Bitung," tandasnya.

Dikonfirmasi pihak pemilik lahan pelataran parkir peti kemas PT Jayakusuma tidak mau memberikan penjelasan. Terpisah Steven Tuwaidan Kepala Dinas Tata Ruang Bitung menyebutkan tim dari pihaknya sudah dikirim untuk melihat situasi tersebut. "Besok kita akan panggil pengembang untuk meminta tanggung jawab mereka. Pemilik lokasi juga sudah berpindah tangan dari PT Jayakusuma ke PT Spill," janji Tuwaidan.  manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar