BITUNG - Sejumlah warga di Kelurahan Bitung Tengah
lingkungan I kompleks Parigi Dolong (Pardo) tepatnya di gang Senyum mengeluhkan
kondisi robohnya tanggul pelataran peti kemas bagian atas milik satu diantara
perusahan pelayaran peti kemas ternama di Kota Bitung.
Akibatnya sejak akhir pekan
lalu 20 rumah yang dihuni warga mengalami banjir dari luapan air yang mengalir
dari areal pelataran parkir.
Opa Sapati (65) warga yang
tinggal tepat disebelah tanggul tersebut mengatakan setiap kali hujan hingga
longsor, rumahnya menjadi sasaran empat material berupa tanah dan batu masuk ke
rumahnya.
"Bagian depan rumah
terpaksa saya bongkar karena pada kejadian yang lalu material tanah tertimbun
disitu beruntung tak ada korban jiwa," terang Opa. Bersama dengan warga
lain sempat kesal hingga mengancam akan menyabotase alat berat yang sedang
bekerja di bagian atas tanggul sebagai bentuk protes.
"Apakah kami harus
bertindak dengan berbuat hal-hal yang tidak diinginkan seperti menghancurkan
alat berat yang beroperasi di lahan pelataran peti kamas agar mereka perduli
dan sadar dengan penderitaan kami," tukasnya.
Gotot warga lainnya menilai
pembangunan tanggul sangat tidak aman tiang cor atau penyangga tanggul tidak
ditanam hingga ke dalam tanah, hanya dibagian atas. "Sepengetahuan saya
dibisang konstruksi tiang tanggul jangan hanya digantung harus ditanam,"
terang Gatot.
Sony David warga lainnya
mengatakan sejak tanggul dibangun untuk menahan longsoran tanah dari bagian
atas kami sudah berkali protes oleh warga, bahkan sejak setahun terakhir sudah
beberapa kali ditegur warga namun pihak pengembang sepertinya tutup mata.
"Puncaknya pekan lalu
tanggul yang dibagian atas itu roboh tiba-tiba karena hujan deras hingga kami
kebanjiran dan airnya setinggi lutut orang dewasa," tutur Sony. Debbie
Minggu sebelum peristiwa robohnya tanggal itu terdengar suara dentuman keras
membuat dia dan warga lainnya kesulitan tidur dimalam hari karena diselimuti
rasa takut. "Bunyinya seperti guntur, bagaimana jika tanggul seluruhnya
roboh kami bisa tertimbun hidup-hidup," keluh Debbie.
Pihak kelurahan setempat
mengeluhkan proses pembangunan dari tanggul itu, adalah Ister Saraung kepala
lingkungan I menilai pembanguna itu tanpa memikirkan keselamatan warganya.
"Setiap kali kami ketemu penanggung jawab selalu menghindar. Saya bahkan
sempat menghentikan pembangunan tanggul tersebut beberapa waktu lalu namun
diam-diam mereka melanjutkan kembali," Ister.
Untuk itulah dirinya
berencana membawa keadaan itu kepada wakil rakyat agar bisa memanggil pihak
terkait dalam rapat dengar pendapat, disitu kami meminta kepada wakil rakyat
agar memperhatikan nasib warga yang selalu dihantui rasa tidak nyaman.
"Besok kami akan buat surat resmi ke DPRD Bitung,"
tandasnya.
Dikonfirmasi pihak pemilik
lahan pelataran parkir peti kemas PT Jayakusuma tidak mau memberikan
penjelasan. Terpisah Steven Tuwaidan Kepala Dinas Tata Ruang Bitung
menyebutkan tim dari pihaknya sudah dikirim untuk melihat situasi tersebut.
"Besok kita akan panggil pengembang untuk meminta tanggung jawab mereka.
Pemilik lokasi juga sudah berpindah tangan dari PT Jayakusuma ke PT
Spill," janji Tuwaidan. manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar