Memiriskan.
Kebanyakan tenaga kerja lokal di Kota Bitung menempati strata terbawah dalam
perusahaan tempat mereka bekerja. Umumnya, mereka bekerja sebagai tenaga kerja
kasar. Petrus
(39), warga Kelurahan Wangurer, mengaku bekerja di perusahaan pengalengan ikan
sebagai pembersih ikan. Pekerjaan itu sudah dilakoninya selama
hampir sepuluh
tahun.
"Dari
hari pertama kerja sampai saat ini pekerjaan saya cuma tukang garo ikang (bersihkan
sirip ikan)," ujar dia. Menurut
Petrus, ia bekerja selama delapan jam sehari. Selama delapan jam itu,
pekerjaannya melulu membersihkan ikan. "Saya terbiasa dengan bau anyir
atau luka kecil di bagian tangan karena tertusuk sirip ikan yang tajam,"
kata dia.
Petrus
beberapa kali mengajukan peningkatan karier sebagai mandor atau supervisor.
Namun tak pernah diterima. Malah dia tetap sebagai pegawai kontrak.
"Katanya ijazah saya hanya SMP," beber dia. Kini
Petrus menanti masa depannya dengan gamang. Bayang pemutusan kontrak selalu
memburunya. "Jika demikian ya nasib ini," kata dia.
Nardia,
buruh lainnya, mengaku telah tujuh tahun bekerja di satu perusahaan pengolahan
ikan. Selama itu, dia telah melakoni sejumlah pekerjaan kasar dari membersihkan
ikan hingga pergudangan. Di pergudangan, beber dia, pekerjaan sangat keras.
"Di sana hawa panas sekali, saya beberapa kali sakit," ujar dia.
Menurut
dia, para karyawan rendahan di sana sering pindah bagian, namun tak pernah ada
karyawan dari strata bawah naik ke menengah. "Dari
gudang ke tempat pengalengan lalu ke bagian distribusi, terus seperti
itu," kata dia. Plt
Kadisnaker Bitung, Harry Tania, membenarkan jika pekerja lokal Bitung masih
sulit bersaing. Hal itu dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mereka.
"65
persen pekerja lokal Bitung hanyalah lulusan SMA ke bawah, inilah masalah utama
kita," ujar dia. Ia membeber sejumlah perusahaan terpaksa mendatangkan
tenaga kerja luar akibat rendahnya SDM tenaga kerja Bitung. "Mereka butuh
tenaga las, operator mesin boiler, operator alat berat serta operator alat
angkut," ujar dia.
Mengatasi
hal ini, Pemkot Bitung menempuh berbagai upaya. Di antaranya membuat pelatihan
serta website. "Dalam website itu data pekerja Bitung akan nampak, ini
memudahkan pengusaha," ujar dia. Dikatakan
Hanni, pihaknya juga telah mengajukan Ranperda Perlindungan Tenaga Kerja ke
Bappeda. "Dengan Perda itu maka tenaga kerja lebih terlindungi,"
ujarnya.
SMK
logistik
Kadis
Pendidikan Bitung, Ferdinand Tangkudung, mengusulkan pembangunan SMK khusus
logistik untuk mempersiapkan pemuda Bitung menghadapi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK).
"Dalam
KEK dibutuhkan tenaga ahli di bidang pergudangan, transportasi serta
kepabeanan," kata dia. Menurut Tangkudung, butuh keahlian khusus untuk
mengelola pergudangan. Disebutnya,
operasional KEK ditentukan tenaga
ahli pergudangan. "Jadi sangat butuh," kata dia. Tangkudung
menakutkan jika tenaga kerja Bitung tak siap, maka bisa saja KEK diisi tenaga
luar.
"Makanya
Bitung harus siap," kata dia. Dia
sadar SMK logistik butuh biaya besar. Untuk
itu, Tangkudung menawarkan pengelolaan SMK pergudangan ke pihak swasta. "Jika
ada yang mau akan kita fasilitasi," kata dia. sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar