Jumat, 02 Desember 2016

Lomban Janji Tingkatkan SDM Tenaga Kerja



Memiriskan. Kebanyakan tenaga kerja lokal di Kota Bitung menempati strata terbawah dalam perusahaan tempat mereka bekerja. Umumnya, mereka bekerja sebagai tenaga kerja kasar. Petrus (39), warga Kelurahan Wangurer, mengaku bekerja di perusahaan pengalengan ikan sebagai pembersih ikan. Pekerjaan itu sudah dilakoninya selama
hampir sepuluh tahun.

"Dari hari pertama kerja sampai saat ini pekerjaan saya cuma tukang garo ikang (bersihkan sirip ikan)," ujar dia. Menurut Petrus, ia bekerja selama delapan jam sehari. Selama delapan jam itu, pekerjaannya melulu membersihkan ikan. "Saya terbiasa dengan bau anyir atau luka kecil di bagian tangan karena tertusuk sirip ikan yang tajam," kata dia.

Petrus beberapa kali mengajukan peningkatan karier sebagai mandor atau supervisor. Namun tak pernah diterima. Malah dia tetap sebagai pegawai kontrak. "Katanya ijazah saya hanya SMP," beber dia. Kini Petrus menanti masa depannya dengan gamang. Bayang pemutusan kontrak selalu memburunya. "Jika demikian ya nasib ini," kata dia.

Nardia, buruh lainnya, mengaku telah tujuh tahun bekerja di satu perusahaan pengolahan ikan. Selama itu, dia telah melakoni sejumlah pekerjaan kasar dari membersihkan ikan hingga pergudangan. Di pergudangan, beber dia, pekerjaan sangat keras. "Di sana hawa panas sekali, saya beberapa kali sakit," ujar dia.

Menurut dia, para karyawan rendahan di sana sering pindah bagian, namun tak pernah ada karyawan dari strata bawah naik ke menengah. "Dari gudang ke tempat pengalengan lalu ke bagian distribusi, terus seperti itu," kata dia. Plt Kadisnaker Bitung, Harry Tania, membenarkan jika pekerja lokal Bitung masih sulit bersaing. Hal itu dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan mereka.

"65 persen pekerja lokal Bitung hanyalah lulusan SMA ke bawah, inilah masalah utama kita," ujar dia. Ia membeber sejumlah perusahaan terpaksa mendatangkan tenaga kerja luar akibat rendahnya SDM tenaga kerja Bitung. "Mereka butuh tenaga las, operator mesin boiler, operator alat berat serta operator alat angkut," ujar dia.

Mengatasi hal ini, Pemkot Bitung menempuh berbagai upaya. Di antaranya membuat pelatihan serta website. "Dalam website itu data pekerja Bitung akan nampak, ini memudahkan pengusaha," ujar dia. Dikatakan Hanni, pihaknya juga telah mengajukan Ranperda Perlindungan Tenaga Kerja ke Bappeda. "Dengan Perda itu maka tenaga kerja lebih terlindungi," ujarnya.

SMK logistik
Kadis Pendidikan Bitung, Ferdinand Tangkudung, mengusulkan pembangunan SMK khusus logistik untuk mempersiapkan pemuda Bitung menghadapi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

"Dalam KEK dibutuhkan tenaga ahli di bidang pergudangan, transportasi serta kepabeanan," kata dia. Menurut Tangkudung, butuh keahlian khusus untuk mengelola pergudangan. Disebutnya, operasional KEK ditentukan tenaga ahli pergudangan. "Jadi sangat butuh," kata dia. Tangkudung menakutkan jika tenaga kerja Bitung tak siap, maka bisa saja KEK diisi tenaga luar.

"Makanya Bitung harus siap," kata dia. Dia sadar SMK logistik butuh biaya besar. Untuk itu, Tangkudung menawarkan pengelolaan SMK pergudangan ke pihak swasta. "Jika ada yang mau akan kita fasilitasi," kata dia. sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar