Jumat, 16 Desember 2016

Penumpang Kapal Laut Meningkat 10 Persen



"Lenso warna putih basa deng aer mata. Kapal so batiup tiga kali, kapal so lapas tali nakhoda putar kamudi selamat tinggal kekasih". Lagu pop Manado bertitel 'Di Dermaga' yang populer dinyanyikan Conny Maria Mamahit di era 1990-an itu terjelmakan dalam pengalaman Riko dan Vera, sepasang kekasih dari Remboken Minahasa.

Di Pelabuhan Bitung, Jumat (16/12) sore, Vera mengantar kekasihnya yang hendak ke Jakarta menggunakan KM Doloronda. Di tiupan kapal pertama tanda penumpang harus naik kapal, Vera merangkul Riko. Kepalanya rebah di dada bidang kekasihnya. Keduanya berpelukan, erat dan lama.
 
Riko kemudian mengecup dahi Vera. Air mata wanita ini tumpah menyaksikan Riko berjalan menuju ke kapal. Dengan lenso putih ia mengelap air matanya. Vera mengatakan, Riko hendak mengunjungi saudaranya di Jakarta. "Keduanya sudah lama tak jumpa," ujar dia.
 
Menurut Vera, kekasihnya lebih sreg naik pesawat. Namun Vera melarang dengan alasan keamanan. "Sekarang kan cuaca lagi buruk, saya takut pesawat akan jatuh," ujar dia. Ribuan penumpang memadati Pelabuhan Bitung Jumat itu. Mereka hendak mudik ke berbagai daerah. Selain Jakarta, daerah yang dituju adalah Maluku serta Papua.

Datang sejak siang, para penumpang itu tabah menanti. Mereka duduk di ruang tunggu. Ada yang melantai. Bocah berlarian ke sana-kemari, ada bayi yang tertidur dalam gendongan ibunya. Data Pelindo, penumpang kapal laut meningkat pesat.

Peningkatan terjadi sebesar 10 persen dan lebih dari 5 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Sejumlah warga mengaku lebih sreg memakai kapal laut ketimbang pesawat. Dorina Patty, memilih kapal laut karena harganya murah.

Selain murah, kapal laut juga nyaman. "Kamarnya bagus serta toiletnya bersih, tak seperti dulu lagi," kata dia. Felix, warga Tondano, juga memilih kapal laut sebagai sarana transportasi menuju ke Jakarta.
 
Dia hanya perlu merogoh kocek Rp 700 ribu untuk uang karcis. "Bandingkan dengan pesawat, paling murah tiketnya Rp 2 juta, belum lagi jika bawa barang banyak, harus bayar bagasi," ujar dia. Anggapan bahwa naik kapal tidak aman, kata dia, tidak sepenuhnya benar. Sebutnya, pihak kapal terus berupaya meningkatkan keamanan.

"Jadi kalau dibilang banyak pencopet tidak benar," kata dia. William, warga lainnya yang berangkat ke Jakarta mengaku tidak keberatan menghabiskan lima hari perjalanan. "Ini ibarat jalan-jalan, lagi pula fasilitasnya sudah baik, kapal dengan fasilitas buruk sudah era lama," beber dia.

Pulang kampung 
Turun dari atas KM Doloronda, para kawanua perantauan hendak Natalan di Manado, Jumat (16/12). Ansye Lamia, suru sebuah sekolah di Papua terlihat semringah kala tiba di Pelabuhan Bitung. Di ruang tunggu penumpang, ia disambut ayah serta kakak perempuannya. Ketiganya berangkulan, penuh haru, disertai cucuran air mata.

"Saya sudah dua tahun tidak pulang," ujar dia. Ansye memilih mudik memakai kapal karena ia ingin ada 'rendezvouz'. "Saya pergi pakai kapal, kembali juga harus pakai kapal," ujar dia.
Dia mengaku cukup nyaman naik kapal. Di atas kapal, ia bisa mamakai ponsel, berinternetan pula. Hal yang tak bisa dilakukannya di atas pesawat. *

STORY HIGHLIGHTS
*Ribuan penumpang memadati Pelabuhan Bitung Jumat kemarin
*Mereka hendak mudik ke berbagai daerah selain Jakarta, daerah yang dituju adalah Maluku serta Papua
*Data Pelindo, penumpang kapal laut meningkat pesat. Peningkatan terjadi sebesar 10 persen dan lebih dari 5 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun lalu
*Sejumlah warga mengaku lebih sreg memakai kapal laut ketimbang pesawat. Selain murah, kapal laut juga nyaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar