"Lenso
warna putih basa deng aer mata. Kapal so batiup tiga kali, kapal so lapas tali
nakhoda putar kamudi selamat tinggal kekasih". Lagu
pop Manado bertitel 'Di Dermaga' yang populer dinyanyikan Conny Maria Mamahit
di era 1990-an itu terjelmakan dalam pengalaman Riko dan Vera, sepasang kekasih
dari Remboken Minahasa.
Di
Pelabuhan Bitung, Jumat (16/12) sore, Vera mengantar kekasihnya yang hendak ke
Jakarta menggunakan KM Doloronda. Di
tiupan kapal pertama tanda penumpang harus naik kapal, Vera merangkul Riko.
Kepalanya rebah di dada bidang kekasihnya. Keduanya berpelukan, erat dan lama.
Riko
kemudian mengecup dahi Vera. Air mata wanita ini tumpah menyaksikan Riko
berjalan menuju ke kapal. Dengan
lenso putih ia mengelap air matanya. Vera
mengatakan, Riko hendak mengunjungi saudaranya di Jakarta. "Keduanya sudah
lama tak jumpa," ujar dia.
Menurut
Vera, kekasihnya lebih sreg naik pesawat. Namun Vera melarang dengan alasan
keamanan. "Sekarang kan cuaca lagi buruk, saya takut pesawat akan
jatuh," ujar dia. Ribuan
penumpang memadati Pelabuhan Bitung Jumat itu. Mereka hendak mudik ke berbagai
daerah. Selain Jakarta, daerah yang dituju adalah Maluku serta Papua.
Datang
sejak siang, para penumpang itu tabah menanti. Mereka duduk di ruang tunggu.
Ada yang melantai. Bocah berlarian ke sana-kemari, ada bayi yang tertidur dalam
gendongan ibunya. Data
Pelindo, penumpang kapal laut meningkat pesat.
Peningkatan
terjadi sebesar 10 persen dan lebih dari 5 persen jika dibanding periode yang
sama pada tahun lalu. Sejumlah
warga mengaku lebih sreg memakai kapal laut ketimbang pesawat. Dorina Patty,
memilih kapal laut karena harganya murah.
Selain
murah, kapal laut juga nyaman. "Kamarnya bagus serta toiletnya bersih, tak
seperti dulu lagi," kata dia. Felix,
warga Tondano, juga memilih kapal laut sebagai sarana transportasi menuju ke
Jakarta.
Dia
hanya perlu merogoh kocek Rp 700 ribu untuk uang karcis. "Bandingkan
dengan pesawat, paling murah tiketnya Rp 2 juta, belum lagi jika bawa barang
banyak, harus bayar bagasi," ujar dia. Anggapan
bahwa naik kapal tidak aman, kata dia, tidak sepenuhnya benar. Sebutnya, pihak
kapal terus berupaya meningkatkan keamanan.
"Jadi
kalau dibilang banyak pencopet tidak benar," kata dia. William,
warga lainnya yang berangkat ke Jakarta mengaku tidak keberatan menghabiskan
lima hari perjalanan. "Ini
ibarat jalan-jalan, lagi pula fasilitasnya sudah baik, kapal dengan fasilitas
buruk sudah era lama," beber dia.
Pulang
kampung
Turun
dari atas KM Doloronda, para kawanua perantauan hendak Natalan di Manado, Jumat
(16/12). Ansye
Lamia, suru sebuah sekolah di Papua terlihat semringah kala tiba di Pelabuhan
Bitung. Di
ruang tunggu penumpang, ia disambut ayah serta kakak perempuannya. Ketiganya
berangkulan, penuh haru, disertai cucuran air mata.
"Saya
sudah dua tahun tidak pulang," ujar dia. Ansye
memilih mudik memakai kapal karena ia ingin ada 'rendezvouz'. "Saya pergi
pakai kapal, kembali juga harus pakai kapal," ujar dia.
Dia
mengaku cukup nyaman naik kapal. Di
atas kapal, ia bisa mamakai ponsel, berinternetan pula. Hal yang tak bisa
dilakukannya di atas pesawat. *
STORY
HIGHLIGHTS
*Ribuan
penumpang memadati Pelabuhan Bitung Jumat kemarin
*Mereka
hendak mudik ke berbagai daerah selain Jakarta, daerah yang dituju adalah
Maluku serta Papua
*Data
Pelindo, penumpang kapal laut meningkat pesat. Peningkatan terjadi sebesar 10
persen dan lebih dari 5 persen jika dibanding periode yang sama pada tahun lalu
*Sejumlah
warga mengaku lebih sreg memakai kapal laut ketimbang pesawat. Selain murah,
kapal laut juga nyaman
sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar