Ricel
Maloluyun fasih melafalkan Pancasila. Dia juga bisa menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Wanita
ini menyanyikan lagu tersebut dengan lantang sambil membusungkan dada. "Saya
cinta Indonesia," kata dia kepada Tribun Manado di kediamannya di pesisir
pantai Kelurahan Manembo-nembo, Bitung, Rabu (1/11).
Sayang
cinta tersebut belum berbalas. Hingga
kini, warga Filipina itu masih berharap menjadi warga Indonesia. Ia merasa
layak, selain karena cintanya yang besar pada Indonesia, juga karena ia sudah
enam tahun tinggal di Bitung. "Saya dan keluarga sudah lama tinggal di
sini," beber dia.
Data
Pemkot Bitung, ada kurang lebih 2.000-an warga Filipina yang berada di Bitung. Mereka
tersebar di sejumlah kelurahan. Kebanyakan bermukim di kepulauan sesuai profesi
mereka sebagai nelayan. Sebagian besar di antaranya berhasrat menjadi WNI.
Leonela
Janero, warga Filipina lainnya tak pernah absen dalam ibadah minggu pagi di
Gereja St Maria Manembo-nembo yang berada tak jauh dari kediamannya. Di
sana, Leonela berdoa khusus agar dirinya tak dipulangkan ke Filipina. Kadang,
ia tak mampu berdoa, hanya bisa meneteskan air mata. "Saya berdoa pada
Bunda Maria, Ibu Tuhan Yesus Kristus agar kami bisa terus di sini," ujar
dia.
Air
mata Leonela juga tumpah kala kediamannya didatangi petugas Imigrasi dan Pemkot
Bitung beberapa waktu lalu. Mengira
akan dipulangkan, Leonela menangis meraung-raung sambil membungkuk di hadapan
kaki petugas Imigrasi.
"Saya
takut sekali dengan razia, namun puji Tuhan kami hanya didata saja," kata
dia. Leonela
yang berasal dari General Santos mengatakan, kehidupannya di sana begitu
miskin. Paling
banyak ia makan sekali sehari. "Sedang
di sini kita bisa makan dengan enak, bahkan bisa pula berusaha," kata dia.
Randi
Elisan, warga Filipina lainnya, menyatakan, sulit mencari ikan di daerah
asalnya Davao. Di
perairan Sulut, ia berhasil menangkap banyak ikan dan bisa menanbung uang.
"Di sini lebih baik," kata dia dengan bahasa melayu Manado. Hasrat
Elisan makin bertambah kala ia bertemu dengan seorang gadis Bitung. Dia ingin
memacari gadis itu. "Jika ditanya pilih mana tentu saya pilih tinggal di
sini," kata dia.
Anak
tak sekolah
Satu
alasan para warga Filipina ini untuk menjadi WNI adalah masa depan anak mereka. Anak
ini tak bisa bersekolah akibat kewarganegaraan mereka tak jelas. Oliver
warga lainnya menyatakan, anaknya yang masih berusia 16 tahun kini bekerja
sebagai nelayan di pelelangan.
"Dia
sebenarnya ingin sekolah namun tak bisa hingga akhirnya jadi nelayan,"
ujar dia. Gomes,
warga Filipina lainnya yang sudah bertahun-tahun tinggal di Bitung juga
terpaksa harus memendam hasrat untuk menyekolahkan anaknya.
Si
anak, kata Gomez, pintar berhitung serta punya kemauan untuk sekolah.
"Kadang dia tanya kenapa saya tak bisa sekolah, saya hanya katakan sabar saja
nak," kata dia. Lain
lagi dengan Leonela Janero. Dia
mengaku terpaksa menikahkan seorang anak perempuannya dengan pria asal
Tagulandang tanpa catatan sipil. Mereka hanya menikah di gereja saja.
"Mau
kawin bagaimana surat tak ada kan kami belum warga negara sini," kata dia. Wali
Kota Bitung, Max Lomban menyebut
masalah warga Filipina di Bitung adalah yang paling pelik dalam
pemerintahannya. Dia
mengaku serba salah. "Mereka warga asing yang masuk secara ilegal, namun
mereka juga manusia, tak mungkin kita biarkan begitu saja," ujar dia.
Dikatakan
Lomban, banyak warga Filipina tersebut yang sudah tidak diakui negaranya. Hal
itu membuat solusi kian sulit diperoleh "Kami
kasih nama ke Konjen tapi Konjen tidak tahu dengan mereka," ujar dia. Menurut
Lomban, pihaknya selama ini berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat
terkait penanganan warga Filipina tersebut.
Disebutnya,
masalah warga Filipina di Bitung tengah dibahas intens antara Presiden Jokowi
dan Presiden Rodrigo Duterte. "Kemungkinan
akan ada solusi," kata dia. Dikatakannya,
solusi yang diambil Pemkot selama ini, mendata para warga Filipina tersebut.
Jika
benar warga Filipina maka dipulangkan. "Namun
jika tidak diakui, kita tanyai apakah mau di Indonesia atau Filipina, jika
Indonesia mereka kita jadikan warga negara, tentu lewat proses," ujar dia. sumber:manado.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar