Kamis, 01 Desember 2016

Warga Filipina di Bitung Fasih Lafalkan Pancasila



Ricel Maloluyun fasih melafalkan Pancasila. Dia juga bisa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Wanita ini menyanyikan lagu tersebut dengan lantang sambil membusungkan dada. "Saya cinta Indonesia," kata dia kepada Tribun Manado di kediamannya di pesisir pantai Kelurahan Manembo-nembo, Bitung, Rabu (1/11).

Sayang cinta tersebut belum berbalas. Hingga kini, warga Filipina itu masih berharap menjadi warga Indonesia. Ia merasa layak, selain karena cintanya yang besar pada Indonesia, juga karena ia sudah enam tahun tinggal di Bitung. "Saya dan keluarga sudah lama tinggal di sini," beber dia.

Data Pemkot Bitung, ada kurang lebih 2.000-an warga Filipina yang berada di Bitung. Mereka tersebar di sejumlah kelurahan. Kebanyakan bermukim di kepulauan sesuai profesi mereka sebagai nelayan. Sebagian besar di antaranya berhasrat menjadi WNI.

Leonela Janero, warga Filipina lainnya tak pernah absen dalam ibadah minggu pagi di Gereja St Maria Manembo-nembo yang berada tak jauh dari kediamannya. Di sana, Leonela berdoa khusus agar dirinya tak dipulangkan ke Filipina. Kadang, ia tak mampu berdoa, hanya bisa meneteskan air mata. "Saya berdoa pada Bunda Maria, Ibu Tuhan Yesus Kristus agar kami bisa terus di sini," ujar dia.

Air mata Leonela juga tumpah kala kediamannya didatangi petugas Imigrasi dan Pemkot Bitung beberapa waktu lalu. Mengira akan dipulangkan, Leonela menangis meraung-raung sambil membungkuk di hadapan kaki petugas Imigrasi.

"Saya takut sekali dengan razia, namun puji Tuhan kami hanya didata saja," kata dia. Leonela yang berasal dari General Santos mengatakan, kehidupannya di sana begitu miskin. Paling banyak ia makan sekali sehari. "Sedang di sini kita bisa makan dengan enak, bahkan bisa pula berusaha," kata dia.

Randi Elisan, warga Filipina lainnya, menyatakan, sulit mencari ikan di daerah asalnya Davao. Di perairan Sulut, ia berhasil menangkap banyak ikan dan bisa menanbung uang. "Di sini lebih baik," kata dia dengan bahasa melayu Manado. Hasrat Elisan makin bertambah kala ia bertemu dengan seorang gadis Bitung. Dia ingin memacari gadis itu. "Jika ditanya pilih mana tentu saya pilih tinggal di sini," kata dia.

Anak tak sekolah
Satu alasan para warga Filipina ini untuk menjadi WNI adalah masa depan anak mereka. Anak ini tak bisa bersekolah akibat kewarganegaraan mereka tak jelas. Oliver warga lainnya menyatakan, anaknya yang masih berusia 16 tahun kini bekerja sebagai nelayan di pelelangan.

"Dia sebenarnya ingin sekolah namun tak bisa hingga akhirnya jadi nelayan," ujar dia. Gomes, warga Filipina lainnya yang sudah bertahun-tahun tinggal di Bitung juga terpaksa harus memendam hasrat untuk menyekolahkan anaknya.

Si anak, kata Gomez, pintar berhitung serta punya kemauan untuk sekolah. "Kadang dia tanya kenapa saya tak bisa sekolah, saya hanya katakan sabar saja nak," kata dia. Lain lagi dengan Leonela Janero. Dia mengaku terpaksa menikahkan seorang anak perempuannya dengan pria asal Tagulandang tanpa catatan sipil. Mereka hanya menikah di gereja saja.

"Mau kawin bagaimana surat tak ada kan kami belum warga negara sini," kata dia. Wali Kota Bitung, Max Lomban menyebut masalah warga Filipina di Bitung adalah yang paling pelik dalam pemerintahannya. Dia mengaku serba salah. "Mereka warga asing yang masuk secara ilegal, namun mereka juga manusia, tak mungkin kita biarkan begitu saja," ujar dia.

Dikatakan Lomban, banyak warga Filipina tersebut yang sudah tidak diakui negaranya. Hal itu membuat solusi kian sulit diperoleh "Kami kasih nama ke Konjen tapi Konjen tidak tahu dengan mereka," ujar dia. Menurut Lomban, pihaknya selama ini berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat terkait penanganan warga Filipina tersebut.

Disebutnya, masalah warga Filipina di Bitung tengah dibahas intens antara Presiden Jokowi dan Presiden Rodrigo Duterte. "Kemungkinan akan ada solusi," kata dia. Dikatakannya, solusi yang diambil Pemkot selama ini, mendata para warga Filipina tersebut.

Jika benar warga Filipina maka dipulangkan. "Namun jika tidak diakui, kita tanyai apakah mau di Indonesia atau Filipina, jika Indonesia mereka kita jadikan warga negara, tentu lewat proses," ujar dia. sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar