Minggu, 18 Oktober 2015

Masih Terdeteksi Lima Titik Api di Hutan Tangkoko Bitung



Api masih menjadi ancaman Hutan Tangkoko. Setelah sempat padam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara (Sulut) mendeteksi lima titik api hingga Sabtu (17/10) masih menyala di kawasan konservasi itu.

Titik api terbesar berada di tengah HutanTangkoko, yakni di
Cagar Alam Duasudara di bagian menuju puncak Gunung Duasudara. Titik api ini sebelumnya sempat pada, tapi kemudian mulai terlihat sejak Rabu lalu sebanyak tiga titik.

"Titik api terbesar berada lokasi Patar Duasudara atau Cagar Alam Duasudara yang berjarak tujuh kilometer dari titik flycamp milik relawan dan Tim Manggala Agni," ujar Hambali Mokodongan, Kepala Pengendalian Operasi Manggala Agni BKSDA Sulut Hambali Mokoagouw.

Sebanyak 33 petugas Manggala Agni dan relawan pencinta alam berusaha memadamkan api memakai sistem flycamp sejak Rabu lalu.

Namun, pemadaman tersebut menghadapi kendala. Logistik yang menipis membuat para relawan harus pulang dari hutan lebih awal karena kondisi fisik menurun.

Hambali menduga titik api yang baru tersebut disebabkan ulah manusia yang sengaja membakar hutan.

Tim Manggala Agni menemukan benda-benda yang berkaitan dengan aktifitas berburu hewan.

"Kami menemukan beberapa dodeso (perangkap hewan) di sekitar lokasi. Ini membuktikan ada kesengajaan dari pihak tertentu, dalam hal ini pemburu hewan. Dodeso terlihat sengaja dipasang di titik-titik tertentu, dengan tujuan ketika api membesar, hewan-hewan akan lari dan masuk ke situ," kata dia.

Hambali mengatakan saat ini para relawan yang terdiri dari forum komunikasi pencinta alam (FKPA) Bitung, PMI, warga dan Tim Manggala Agni diistirahatkan untuk sementara.

"Jadi seperti biasanya setiap akhir pekan tepatnya hari Sabtu para relawan ditarik dari tengah hutan ke flying camp yang masih terletak di dalam hutan untuk melakukan evaluasi kinerja sepakan melakukan pemadaman," tutur Hambali.

Selain untuk melakukan evaluasi atas kinerja selama pemadaman, dia mengatakan, momentum itu dipergunakan puluhan relawan untuk beristirahat dari kepenatan dan kepekaan kebulan asap yang membumbung tinggi ditengah hutan.

"Proses pemadaman akan kembali dilanjutkan pada Senin pekan depan," kata dia.

Kondisi Relawan Menurun

Wesly Tamasiro, Koordinator Lapangan dari Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPA) Bitung mengatakan, minimnya logistik menjadi kendala pihaknya untuk ikut memadamkan api.

"Beberapa relawan yang ada di posko harus dipulangkan karena kondisinya mulai menurun akibat pasokan gizi tidak dibarengi dengan banyaknya kalori yang keluar saat pemadaman api. Kami harus menempuh rata-rata 10 kilometer untuk memadamkan api," kata Wesly.

Dia mengatakan, memang para relawan sempat mendapat bantuan dari masyarakat, namun hal tersebut juga tidak bisa bertahan lama.

Ada puluhan relawan yang tergabung dalam pemadaman api ini.

Sudah dua bulan para relawan berusaha ikut memadamkan api.

"Kalau logistik masih mencukupi, maka kami akan membuka kembali perekrutan relawan. Seperti sebelumnya yang sempat mencapai 100 orang. Kiranya pemerintah dapat melihat persoalan ini sebagai persoalan mendesak kalau lambat ditangani maka kebakaran hutan bisa mencapai 3000 ha, apalagi saat ini hujan belum juga turun," kata dia.

Sementara itu, anggaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bitung mulai menipis. Anggaran Rp 300 juta untuk tanggap bencana atas terbakarnya hutan Konservasi Tangkoko hingga kini tak kunjung jelas pencairannya.

Adri Supit, Kepala BPBD Kota Bitung tak menampik tentang belum cairnya anggaran tersebut. Dia mengakui tak bisa berbuat banyak untuk melakukan pemadaman api di Hutan Tangkoko.

"Dana di instansi kami sudah menipis karena sudah dipakai selama dua hari berturut-turut untuk pemadaman api pada pekan lalu, sehingga saat ini kami harus menunggu dana bencana ini," ungkap Supit, Jumat (16/10). sumber:manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar