BITUNG - Kebakaran Hutan Tangkoko,
Bitung menyulitkan hewan yang mendiami Cagar Alam ini bertahan hidup.
Tak
terkecuali hewan jenis Yaki (Macaca Nigra) atau populer dengan nama monyet
hitam pantat merah yang terpaksa turun hingga lokasi Posko Relawan, untuk
mendapatkan makanan.
Terpantau
hingga, Jumat (2/10), api belum padam di Cagar Alam Duasudara, di mana di
dalamnya ada Hutan Tangkoko dan Taman Wisata Alam Batu Putih.
Para
relawan pun berusaha melindungi keberadaan beberapa spesies endemik seperti
Tarsius Spectrum, Anoa, Burung Paruh Merah dan Yaki.
Sejumlah
spesies ini pun semakin mudah dijumpai di sekitaran Posko Induk Manggala Agni
di Kelurahan Batu Putih yang menjadi pusat berkumpulnya para relawan.
Apalagi
gerombolan Yaki. Mereka sering turun dari tengah hutan ke lokasi
Posko induk dan terekam melalui kamera, handphone dan gadget milik relawan.
Meidy
Mokalu, relawan mengatakan, saat ini keberadaan Yaki pantat merah selalu tampak
di bagian depan, samping dan belakang Posko Induk Manggala Agni.
"Mereka
biasanya keluar dari hutan yang sedang terbakar dua sampai tiga minggu sekali untuk
mencari makan," ujar Meidy, Jumat.
Para
Yaki ini mulai merasa kesulitan memperoleh makanan di tenga hutan, sehingga
turun dekat Posko Relawan.
"Kalau
mereka sudah turun dari hutan mencari sisa-sisa kelapa yang diparut lalu dibawah lari
ke dalam hutan,"
ujarnya lagi.
Selain
datang mencari makanan kumpulan Yaki yang terdiri dari kumpulan 'Rambo' satu,
dua dan tiga sering nongkrong diatas beton dan pagar Posko Induk Manggala Agni.
"Jadi
Grup 'Rambo' Satu, Yaki yang berukuran besar, 'Rambo' Dua berukuran sedang dan
'Rambo' tiga berukuran kecil. Biasanya antara sesama grup tak bisa berdekatan
karena mereka saling menyerang," tukasnya.
Kumpulan
Yaki ini selalu datang dengan waktu berbeda.
''Kalaupun
bersamaan mereka tak akan berada di tempat saling berdekatan, pasti agak
berjauhan, '' ujarnya. manado.tribunnews.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar