Jumat, 01 Januari 2016

Korban Petasan di Malam Tahun Baru



Perayaan pergantian tahun atau malam tahun baru, sepertinya kurang lengkap tanpa ledakan petasan dan kembang api. Selama sebulan terakhir kembang api dan petasan bebas diperjualbelikan, larangan aparat berwenang yang tanpa diikuti penertiban serius, mengalahkan budaya
petasan dan kembang api.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, bitungnews.com memantau malam tahun baru di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut, Dokter Wahyu Slamet, pada Sabtu 1 januari 2016, pukul 00.15 Wita. Hanya setengah jam berada di Rumah Sakit tersebut, korban ledakan petasan satu-persatu tiba untuk segera mendapat perawatan medis.

Seorang Balita berumur 1,5 tahun, menangis kesakitan mengalami pendarahan di bagian mata kiri, akibat ledakan petasan. Namun pihak RSAL, merujuk pasien ini ke RSUP Malalayang Manado, karena tidak ada dokter spesialis mata.

Seorang perempuan paruh baya, Meifi berjalan tertatih-tatih kesakitan di jari kaki, karena petasan masuk ke dalam sepatunya. Dia menolak berkomentar karena tak mampu menahan rasa sakit di jari jempol dan telunjuknya. Dia terpaksa harus antri menunggu perawatan selama setengah jam, karena paramedis harus merawat korban petasan yang lebih dulu datang. Demikian juga Ismail, yang tangannya bersimbah darah akibat ledakan petasan.

Kecelakaan akibat petasan tersebut tergolong berakibat luka ringan, dibandingkan dengan yang terjadi di Pekanbaru, Riau, yang merenggut nyawa Bocah bernama Alfaro (5). Atau seperti yang terjadi di Pekalongan, Jawa Tengah, terhadap Kliwon (43) yang meregang nyawa akibat ledakan petasan racikannya.

Mudah-mudahan kasus-kasus di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, akan bahaya dan ancaman budaya petasan/ kembang api yang dapat berakibat fatal. Kebersamaan dengan keluarga merupakan alternatif terbaik bermalam tahun baru. “Selamat Tahun Baru 2016”. sumber:bitungnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar